Volume Rata-rata Harian Transaksi PUAB Rupiah Capai Rp 15,76 Triliun di Oktober 2022



KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Transaksi pasar uang antar bank (PUAB) kian meningkat mendekati penghujung tahun. Berdasarkan data Bank Indonesia (BI), volume rata-rata harian transaksi PUAB rupiah meningkat menjadi Rp 15,76 triliun di Oktober 2022.

Adapun suku bunga PUAB rata-rata berada di level 4,11%. Sementara itu, untuk volume rata-rata harian transaksi PUAB valas turun tipis ke level US$ 131 Juta dengan bunga rata-rata berada di level 3,13%.

“Kenaikan suku bunga acuan BI7DRRR pada Oktober 2022 mendorong kenaikan suku bunga rata-rata PUAB. Meski demikian, kondisi likuiditas masih longgar, di tengah meningkatnya kebutuhan pengelolaan likuiditas bank untuk mendukung pemulihan ekonomi yang terus berjalan. Hal ini kedepan berpotensi meningkatkan volume transaksi PUAB,” mengutip laporan likuiditas Lembaga Penjamin Simpanan (LPS) pada Selasa (22/11).


LPS melihat, volume aktivitas PUAB masih berpotensi meningkat dalam beberapa periode ke depan. Ini sejalan dengan tren penyaluran kredit dan pemulihan aktivitas bisnis serta ekonomi. Sementara itu suku bunga PUAB rupiah juga diperkirakan masih akan meningkat secara terbatas sejalan dengan meningkatnya volume transaksi dan juga kenaikan bunga acuan dari bank sentral.

“Pada saat yang sama, suku bunga PUAB valas diperkirakan juga akan berlanjut secara bertahap seiring dengan kenaikan suku bunga kebijakan di offshore yang lebih agresif. Kenaikan volume aktivitas PUAB menjadi indikasi meningkatnya aktivitas pengelolaan likuditas bank dalam jangka pendek,” sebut LPS.

Baca Juga: Simpanan Nasabah Kecil di Bank Makin Turun Saat Orang Kaya Makin Rajin Menabung

Ini seiring kebutuhan likuiditas untuk penyaluran kredit yang meningkat. Bank sentral akan terus berupaya menjaga ketersediaan likuiditas yang memadai di pasar uang antar bank untuk memastikan bank tetap mampu menjalankan fungsi intermediasinya secara optimal.

Adapun PT Bank Rakyat Indonesia (Persero) Tbk (BRI) mencatatkan transaksi PUABmasih tetap ramai dan dalam tren meningkat. Transaksi PUAB BRI  meningkat 105,8% year on year dan secara frekuensi meningkat 89,2% saat ini.

Sekretaris Perusahaan BRI Aestika Oryza Gunarto mengatakan, di PUAB, BRI berperan aktif dalam dua sisi baik sebagai lender maupun borrower. Transaksi PUAB diproyeksikan tetap akan meningkat seiring dengan kondisi likuiditas perbankan yang masih dalam kondisi cukup ketat dan permintaaan kredit yang masih cukup tinggi seiring dengan kondisi pemulihan ekonomi pasca Covid-19.

“Selain itu , Bank Indonesia, Kementerian Keuangan, Otoritas Jasa Keuangan (OJK) dan pelaku pasar saat ini  terus bersinergi dalam pengembangan pasar keuangan nasional, melalui transaksi Repo. Diharapkan ke depannya dalam pengelolaan likuiditas bank tidak hanya mengoptimalkan melalui transaksi PUAB saja, namun juga dengan melalui transaksi Repo,” ujarnya kepada Kontan.co.id pada Selasa (22/11).

Sedangkan Direktur Utama Bank BJB Ruddy Renaldi mengungkapkan penempatan bank pada instrumen PUAB mengalami penurunan secara tahunan pada saat ini. Hal tersebut di antaranya dipengaruhi oleh berkurangnya ekses likuiditas yang beredar di PUAB karena rasio Giro Wajib Minimum yang naik secara bertahap di tahun ini.

“Secara umum Bank BJB berperan sebagai pemberi pinjaman mengingat kondisi likuiditas kami dalam posisi long. Namun demikian, dalam beberapa kesempatan kami juga melakukan pinjaman dari bank lain untuk mengelola kebutuhan likuiditas jangka pendek,” jelasnya kepada Kontan.co.id pada Selasa (22/11).

Yuddy bilang, penyaluran kredit masih merupakan tujuan utama BJB dalam menjalankan fungsi intermediasi. Sedangkan  transaksi PUAB umumnya digunakan bank untuk mengelola ekses likuiditas yang belum tersalurkan pada kredit.

Namun, ia memastikan hal ini dilakukan tetap mempertimbangkan kebutuhan likuiditas jangka pendek. Di tengah tren kenaikan tingkat suku bunga, minat pelaku pasar untuk melakukan penempatan dana di PUAB akan lebih meningkat mengingat tingkat suku bunga yang lebih baik dibandingkan instrumen penempatan pada Bank Indonesia.

Baca Juga: Ramal Kredit Naik 10%-12% pada 2023, Ini Kebijakan Makroprudensial BI bagi Perbankan

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Editor: Khomarul Hidayat