Volume transaksi harian SUN turun 19% pekan lalu



KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Aktivitas perdagangan pasar obligasi di pekan kedua Oktober menurun. Hasil rilis notulensi rapat FOMC bulan September disebut sebagai sentimen utama yang mempengaruhi kondisi pasar obligasi pekan lalu.

Sekadar informasi, berdasarkan laporan Indonesia Bond Pricing Agency (IBPA), rata-rata frekuensi perdagangan obligasi harian turun senilai 11,19% secara week on week (wow) dari 745 kali per hari menjadi 662 kali per hari. Rata-rata volume perdagangan harian juga turun 15,38% secara mingguan dari Rp 11,97 triliun per hari menjadi Rp 10,13 triliun per hari.

Aktivitas perdagangan surat utang negara (SUN) turut menurun. Rata-rata frekuensi perdagangan SUN harian turun 15,59% menjadi 526 kali per hari pada pekan lalu dari 623 kali per hari pada minggu pertama bulan Oktober. Sedangkan rata-rata volume perdagangan harian SUN turun sebesar 19,20% dari Rp 10,96 triliun per hari menjadi Rp 8,77 triliun per hari.


Analis IBPA, Nicodimus Anggi Kristiantoro mengatakan, notulensi rapat FOMC tersebut mengungkap banyak pejabat The Fed yang khawatir kalau kondisi inflasi Amerika Serikat (AS) yang rendah akan berlangsung lama. "The Fed pun akan tetap berhati-hati sebelum menaikkan Fed Fund Rate bulan Desember mendatang," kata Nico, Selasa (17/10).

Para pelaku pasar pun masih wait and see sembari menanti rilis notulensi tersebut. Sebab, hal itu merupakan cerminan terkini tentang kondisi perekonomian AS dan arah kebijakan The Fed ke depannya.

Nico berpendapat, nada dovish yang dikeluarkan The Fed berdampak pada anjoknya kurs dollar AS. Alhasil, pasca rilis notulensi tersebut, rupiah sanggup menguat dan pasar SUN menguat. 

Terlepas dari itu, tidak banyak sentimen yang berdampak pada pasar obligasi pada pekan lalu. "Jadi, notulensi FOMC itu saja," kata Nico.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Editor: Wahyu T.Rahmawati