Volume transaksi SUN di pasar sekunder turun



KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Volume transaksi surat utang negara (SUN) seri benchmark di pasar sekunder menurun selepas bulan September hingga pertengahan November tahun ini. Mengutip data Ditjen Pengelolaan Pembiayaan Risiko Kemkeu, volume transaksi SUN seri acuan bulan September tercatat sebesar Rp 163,58 triliun.

Jumlah ini kemudian turun menjadi Rp 140,56 triliun atau 14% pada bulan Oktober. Penurunan volume transaksi SUN seri benchmark masih berlanjut hingga per 24 November. Pada saat itu, transaksi SUN di pasar sekunder baru mencapai Rp 124,34 triliun atau turun 11,5% dari bulan sebelumnya.

Analis Fixed Income MNC Sekuritas, I Made Adi Saputra mengatakan, penurunan volume transaksi disebabkan imbal hasil keempat SUN seri benchmark lebih rendah dari imbal hasil SUN seri non benchmark dengan tenor lebih pendek. Hal itu membuat SUN seri benchmark kurang menarik di mata investor.


Made pun mengambil contoh seri FR0059. SUN seri benchmark bertenor 10 tahun ini memiliki imbal hasil yang lebih rendah ketimbang FR0056 yang bertenor 9 tahun.

Berdasarkan data Indonesia Bond Pricing Agency (IBPA), yield yang dimiliki FR0059 tertahan di angka 6,55% per 27 November. Di sisi lain, FR0056 mencatatkan tingkat yield senilai 6,59% pada waktu yang sama. "FR0071, FR0070, dan FR0056 juga menjadi contoh seri non benchmark tapi memiliki imbal hasil yang bagus," tambah Made.

Selain itu, banyak investor yang kini tengah memburu SUN seri FR0075. Seri bertenor 20 tahun tersebut digadang akan menjadi benchmark pada tahun depan menggantikan seri FR0072.

FR0075 memang memiliki performa di atas rata-rata. Volume transaksi FR0075 mencapai Rp 30,26 triliun pada bulan Agustus lalu yang merupakan bulan perdana seri tersebut terbit.

Hingga akhir Oktober, transaksi FR0075 di pasar sekunder telah mencapai Rp 35,70 triliun atau naik 18% dari perolehan di bulan Agustus.

Dalam periode yang sama, seri FR0072 mengalami penurunan volume transaksi hingga 40%. Di akhir Oktober, volume transaksi seri yang jatuh tempo pada tahun 2036 tersebut hanya mencapai Rp 20,21 triliun. Padahal, di bulan Agustus seri tersebut masih mencatatkan volume transaksi sebesar Rp 34,06 triliun.

Meski tengah mengalami tren penurunan, Made percaya SUN seri benchmark akan kembali diminati banyak investor pada awal tahun depan.

Pasalnya, di awal tahun pemerintah biasanya akan mengganti seri benchmark. Hal itu diharapkan mampu membuat pasar obligasi kembali bergairah.

Sejauh ini, Made menilai FR0072 memiliki potensi terbesar untuk disingkirkan dari deretan SUN seri benchmark pada tahun depan. Terlebih lagi, seri tersebut sudah dua kali menjadi benchmark. "Melihat performanya, cukup riskan apabila FR0072 terus dijadikan benchmark," ujarnya.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Editor: Wahyu T.Rahmawati