Volvo kembali aktif menjual produknya di Indonesia



JAKARTA. Setelah vakum hampir tiga tahun, PT Indobuana Autoraya selaku pemegang merek Volvo di Indonesia mulai aktif kembali memasarkan produk di Indonesia. Aktivasi ini setelah proses transisi pembelian saham Volvo global dari Ford Group kepada Geely senilai US$ 1,8 milliar selesai.Indobuana bertekad mengejar ketertinggalan ini. Perusahaan ini bertekad menawarkan produk Volvo secara agresif. Paulus B. Suranto, Chief Executive Officer (CEO) Indobuana Autoraya Volvo Indomobil, menuturkan Volvo mulai akhir tahun ini akan aktif melakukan jemput bola menawarkan produk. Kondisi ini berbeda dibandingkan dengan tiga tahun lalu. Ketika itu, Indobuana hanya menjual produk jika ada permintaan. "Kami optimistis produk kami akan diminati apalagi sudah punya banyak penggemar dan komunitas," tuturnya, Jumat (21/9).Di Indonesia, Volvo sempat berjaya pada era pemerintahan Soeharto. Bahkan, seri sedan Volvo 740 dan Volvo 960 sempat menjadi mobil resmi kenegaraan yang dipakai oleh pejabat pemerintah. Namun, sejak awal tahun 2000, popularitas Volvo mulai disalip oleh sejumlah merek mobil asal Jepang karena harganya lebih murah.Berdasarkan data Gaikindo, penjualan Volvo per bulan sepanjang tahun 2009 hanya sebesar 22 unit, sedangkan pada tahun 2010 turun 72% hanya mencapa 6 unit. Bandingkan dengan pasar mobil nasional yang mencapai 650.000-750.000 unit per tahun.Volvo sendiri mengeluarkan produk anyar. Salah satu yang ditawarkan adalah produk berjenis SUV premium dengan tipe Volvo XC60 T5. Produk ini dijual dengan harga Rp 735 juta on the road.Penawaran produk ini 2011 juga terkait telah beroperasinya pabrik Volvo di Malaysia. Selain mendatangkan produk dalam bentuk CBU dari Malaysia, Indobuana juga akan mengimpor langsung dari Swedia. "Pabrik di Malaysia bisa mengurangi impor duty dari 40% menjadi hanya 0% dampak dari perdagangan bebas," ungkap Paulus. Setelah produk ini, Volvo akan menawarkan tiga produk lainnya dalam waktu dekat.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News


Editor: Edy Can