KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Badan Koordinasi Penanaman Modal (BKPM) akan mempertimbangkan target kemudahan berbisnis atau Ease of Doing Business (EoDB) tahun 2021. Alasannya pandemi corona virus disease 2019 (Covid-19) yang berdampak terhadap perekonomian dalam negeri. Presiden Joko Widodo (Jokowi) mematok target EoDB Indonesia naik dari peringkat ke-73 menuju peringkat ke-40 dunia. Sayangnya, BKPM menilai dalam situasi seperti ini, agaknya susuah bila langsung lompat 27 peringkat. Plt. Deputi Pengembangan Iklim Penanaman Modal BKPM Yuliot mengatakan, pihaknya akan melihat perkembangan kemudahan berusaha setidaknya sampai dengan Juli-Agustus 2020, sebelum laporan EoDB 2021 dari Bank Dunia keluar pada Oktober 2020.
Baca Juga: BKPM catat realisasi investasi langsung moncer, ini sektor yang diminati asing “Target EoDB pasti ada perbaikan, tapi untuk sampai ke peringkat 40 nanti akan menyesuaikan lagi,” ujar dia kepada Kontan.co.id, Selasa (21/4). Teranyar, akhir bulan lalu BKPM melakukan survei EoDB 2021 di Jakarta dan Surabaya kepada 285 respondent yang terdiri dari pengusaha dan investor. Ada 11 indikator yang dimintai tanggapan antara lain soal memulai usaha, perizinan terkait mendirikan bangunan, pendaftaran properti, penyambungan listrik, pembayaran pajak, perdagangan lintas negara, akses pengkreditan, perlindungan terhadap investor minoritas, penegakan kontrak, penyelesaian perkara kepailitan, dan pembangunan infrastruktur oleh pemerintah. “Ini respon EoDB sepanjang Januari sampai pertengahan Maret 2020 di mana dampak virus corona belum begitu terlihat. Bank Dunia bilang ada perbaikan salah satunya dari sisi pembayaran pajak dan penegakan kontrak,” kata Yuliot. Yuliot menambahkan, Bank Dunia pun mengapresiasi soal perizianan yang terintergrasi satu pintu lewat online single submission (OSS). Apalagi setelah dikeluarkan Instruksi Presiden (Inpres) Nomor 7 Tahun 2019 tentang Percepatan Kemudahan Berusaha, Perizinan dari Kementerian/Lembaga (K/L) diambil alih BKPM. “Juni nanti tim dari Bank Dunia bakal datang langsung ke Indonesia memverifikasi fakta di lapangan terkait seluruh indikator EoDB. BKPM terus meningkatkan data-data pendukung layanan di DKI Jakarta dan Surabaya dari perizinan bisnis seperti apa,” kata Yuliot. Nah, masalahnya sejak akhir Maret sampai saat ini, aktivitas industri dalam negeri terbilang merosot. Puchasing Managers Index (PMI) Manufaktur Indonesia pada bulan lalu berada di level 45,3, di bawah level aman 50. Efeknya, dunia usaha dan pengangguran mulai bermunculan. Setali tiga uang, ini kondisi tersebut menambahan kerja BKPM dalam penilaian EoDB terkait penyelesaian perkara kepailitan. Kendati begitu, Yuliot menyampaikan industri garmen dan industri kesehatan setidaknya masih memperlihatkan adanya kenaikan aktivitas indusrti.
Kata Yoliut, untuk industri alat kesehatan mengalami kenaikkan pengajuan izin oprasional dari peringkat ke-7 menjadi peringkat ke-1. Ini mengindikasikan sektor penunjang pandemi corona tersebut tumbuh. “Mereka kan produksi masker alat kesehatan juga, permintaannya banyak saat ini dari luar dan dalam negeri,” kata Yuliot.
Baca Juga: BKPM catat investor lokal paling banyak masuk ke bisnis ini saat asing kabur Cek Berita dan Artikel yang lain di
Google News Editor: Khomarul Hidayat