Wabah virus corona berpotensi ganggu jadwal proyek pembangkit listrik



KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Pemerintah melalui Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM) memperkirakan sejumlah proyek listrik terancam molor akibat merebaknya virus corona di China dan sejumlah negara.

Hal ini diutarakan langsung oleh Menteri ESDM Arifin Tasrif saat ditemui di kantornya pada Jumat (6/3) siang. Arifin menjelaskan, keterlambatan berpotensi terjadi akibat terhambatnya pasokan dan bahan baku komponen pembangkit. "Karena kan misalnya pembangkit-pembangkit itu masuk alat-alatnya dipasok dari mana (Cina juga kan), sparepart, fabrikasi, komponen utama juga," terang Arifin.

Baca Juga: Hingga Kamis, Kemenkes telah terima 227 spesimen pasien dalam pengawasan Covid-19


Kendati demikian, ia belum mau merinci berapa banyak proyek yang kemungkinan besar akan terdampak dari wabah corona. Selain terlambatnya proyek, ia juga menyebutkan adanya potensi penurunan konsumsi listrik di tahun ini.

Asal tahu saja, dalam pelaksanaan megaproyek 35.000 MW pemerintah menggunakan asumsi pertumbuhan konsumsi listrik sebesar 6,5%. Namun realisasi konsumsi listrik justru berada pada kisaran 4%.

Hal ini lantas membuat pemerintah merevisi target megaproyek tersebut yang semula dijadwalkan rampung pada 2025 justru mundur hingga 2029 mendatang. "(Konsumsi listrik) kemungkinan bisa lebih rendah, tapi tahun ini masih berjalan," jelas Arifin.

Baca Juga: Facebook dan Google minta karyawan di San Francisco bekerja dari rumah

Sebelumnya, Direktur Jenderal Ketenagalistrikan Kementerian ESDM Rida Mulyana bilang di tengah ketidakpastian kondisi ekonomi seperti saat ini, pemerintah menyadari bahwa PLN juga ikut terbebani. Hal itu terlihat dari pertumbuhan listrik yang meleset dari target. "PLN ada di tengah-tengah, tahun kemarin lesu. target (pertumbuhan) 6,3%, tapi faktanya malah 4,55%, kontraksi," kata Rida.

Untuk itu, pemerintah pun ikut melakukan evaluasi, termasuk dengan memfasilitasi PLN untuk membuka peluang penambahan pelanggan baru. Antara lain dengan segmen industri smelter, Kawasan Ekonomi Khusus (KEK), kawasan industri dan pariwisata prioritas, serta kebutuhan listrik bagi sejumlah BUMN.

Pasalnya, efek corona saat ini juga ikut berimbas pada konsumsi listrik. "Di Januari (pertumbuhan) di bawah 4%, mungkin juga ada efek Corona, kita belum tahu ke depannya seperti apa," ungkapnya.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Editor: Handoyo .