KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Setelah menguat cukup signifikan sejak awal pekan, pasangan mata uang USD/JPY harus ditutup terkoreksi pada perdagangan terakhir pekan ini. Melansir Bloomberg, Jumat (21/2), pergerakan USD/JPY ditutup terkoreksi 0,44% ke level 111,61.` Namun, Analis Global Kapital Investama Alwi Assegaf mengatakan USD/JPY masih berada dalam tren bullish didorong oleh kekhawatiran pasar terhadap virus corona (Covid-19) yang membuat investor beralih ke aset aman. “Selama pasar masih dibayangi kekhawatiran virus, maka aset safe haven akan diburu. Namun, kali ini pamor safe haven yen memudar di tengah kekhawatiran bahwa virus corona bisa memukul ekonomi Jepang,” terangnya pada Kontan.co.id, Minggu (23/2).
Baca Juga: Xi Jinping: Epidemi corona belum capai puncak Tren penguatan USD terhadap mata uang Asia sendiri merupakan refleksi ekspektasi pasar bahwa perlambatan ekonomi China akan memukul negara-negara seperti Jepang, Indonesia, dan Thailand lebih besar dari negara lain. Bahkan virus corona telah merambah ke Jepang. Berdasarkan data Agence France-Presse (AFP), di Jepang sendiri per Jumat lalu terdapat 717 kasus virus corona dengan dua diantaranya dinyatakan meninggal pada Kamis kemarin. “Virus tersebut juga sudah membuat pertumbuhan di Jepang mengalami kontraksi. PDB Jepang di kuartal IV-2019 terkontraksi 1,6%, lebih besar dari perkiraan kontraksi 1%,” jelasnya. Buruknya data ekonomi Jepang ditambah penyebaran virus corona berbanding terbalik dengan data ekonomi Amerika Serikat (AS). PDB AS diproyeksikan masih bisa tumbuh 2% dengan data sektor tenaga kerja yang masih solid. Data terakhir menunjukkan Philly Fed manufacturing index naik ke level tertinggi tiga tahun menjadi 36,12 di Februari dari 17 Januari.