KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Rencana pencabutan subsidi KRL Commuter Line yang diajukan PT Kereta Commuter Indonesia (PT KCI) menuai pro dan kontra. Meski kebijakan ini ditujukan agar subsidi transportasi publik lebih tepat sasaran, namun dikhawatirkan akan mendorong penggunaan kendaraan pribadi. Pengamat Transportasi dari Masyarakat Transportasi Indonesia (MTI) Djoko Setijowarno menilai, latar belakang wacana tersebut dari kajian Kementerian Perhubungan di tahun 2017. Dalam kajian ini ditemukan pengguna rutin KRL Jabodetabek dalam kategori pekerja, hanya berkisar 3%-5% di akhir pekan yang menggunakan moda transportasi ini. Selebihnya, banyak penumpang situasional yang memanfaatkan tarif murah KRL untuk perjalanan wisata akhir pekan. "Dari hasil surveinya, orang mampu tidak keberatan dinaikkan tarif di hari libur," ucap Djoko kepada Kontan.co.id, Kamis (15/2).
Wacana pencabutan subsidi KRL Jabodetabek menuai kritik
KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Rencana pencabutan subsidi KRL Commuter Line yang diajukan PT Kereta Commuter Indonesia (PT KCI) menuai pro dan kontra. Meski kebijakan ini ditujukan agar subsidi transportasi publik lebih tepat sasaran, namun dikhawatirkan akan mendorong penggunaan kendaraan pribadi. Pengamat Transportasi dari Masyarakat Transportasi Indonesia (MTI) Djoko Setijowarno menilai, latar belakang wacana tersebut dari kajian Kementerian Perhubungan di tahun 2017. Dalam kajian ini ditemukan pengguna rutin KRL Jabodetabek dalam kategori pekerja, hanya berkisar 3%-5% di akhir pekan yang menggunakan moda transportasi ini. Selebihnya, banyak penumpang situasional yang memanfaatkan tarif murah KRL untuk perjalanan wisata akhir pekan. "Dari hasil surveinya, orang mampu tidak keberatan dinaikkan tarif di hari libur," ucap Djoko kepada Kontan.co.id, Kamis (15/2).