JAKARTA. Kemilau harga emas ditengarai mulai redup. Harga logam mulia ini cenderung lesu dari hari ke hari. Mayoritas analis dan hedge fund yang semula begitu optimistis kini ramai-ramai berbalik memangkas proyeksi harga emas. Apa yang sebenarnya terjadi? Bagaimana nasib harga emas mendatang? Euforia kenaikan harga emas berlangsung sedikitnya empat tahun terakhir. Jika Anda ingat, tsunami finansial yang melanda perekonomian global di kisaran tahun 2007–2008 silam menyisakan ketidakpastian pasar. Emas yang banyak disebut-sebut sebagai safe haven, ketika itu banyak diserbu pelaku pasar sebagai bentuk aksi lindung nilai alias hedging. Puncaknya, dua tahun silam, emas memecahkan rekor harga tertinggi di US$ 1.906 per ons troi, Agustus 2011. Pada tahun 2011, emas bahkan sempat menyentuh US$ 1.923,7 per ons troi! Harga emas batangan di pasar domestik pun mendekati Rp 600.000 per gram.
Situasi euforia ini mendatangkan untung bagi pihak. Tengok saja pencapaian PT Aneka Tambang Tbk (ANTM), produsen emas, yang membukukan pendapatan Rp 3,63 triliun dari penjualan emas. Kalangan perbankan pun semarak dan serentak menawarkan beragam jenis produk gadai emas hingga “kebun emas”. Muncul pula tawaran investasi emas dalam berbagai skema. Yang terakhir ini paling membetot perhatian karena celakanya banyak yang berisi skema bodong. Kini, tren bullish emas terlihat kian memudar. Harga emas di pasar spot sedikitnya telah tergerus 6% sepanjang tahun ini, hingga ke level US$ 1.584,1 (7/3). Kontrak emas di bursa berjangka bahkan sempat terperosok ke level US$ 1.572,3 per ons troi. Kelesuan ini sepertinya bakal berlanjut. Satu demi satu hedge fund kelas kakap dunia memangkas proyeksi harga emas mereka. Kabar paling mutakhir, Goldman Sachs melontarkan prediksi bahwa harga emas tahun ini akan parkir di kisaran US$ 1.600 per ons troi, turun dari prediksi Goldman semula di harga US$ 1.810 per ons troi. Jika prediksi itu terbukti, berarti emas mengakhiri periode bullish-nya yang dimulai sejak 2001 silam. “Penurunan harga saat ini sejalan dengan kenaikan bunga riil Amerika Serikat (AS). Itu mencerminkan kombinasi dari membaiknya data ekonomi AS, menurunnya ketidakpastian kebijakan AS, dan berkurangnya kekhawatiran krisis utang Eropa,” jelas Goldman, seperti dikutip Reuters, akhir Februari lalu. Goldman juga memperkirakan, peluruhan harga emas bakal berlanjut hingga anjlok ke kisaran US$ 1.200 per ons troi dalam lima tahun ke depan. Goldman tak sendiri. Hedge fund lain beramai-ramai memangkas prediksi harga emas. BNP Paribas, Credit Suisse, Citigroup, menempuh langkah serupa (lihat infografis). Alasannya senada: Ekonomi dunia membaik dan saatnya kembali ke aset berisiko seperti saham. Adakah prediksi tersebut “jujur” dan tepercaya? Jauh sebelum para hedge fund membalik proyeksi, forecaster emas tersohor Jim Sinclair memperingatkan para investor tentang gelagat aksi bank-bank investasi global yang hendak menurunkan harga emas. Langkah mereka terkait dengan strategi “pengelolaan selisih” (
management spread).
Istilah itu menunjuk pada profit per ons troi yang didapat ketika emas terjual. Rupanya, bank-bank itu meraihnya dengan mengambil posisi jual (
short) dan beli (
long) sekaligus di pasar. Asal tahu saja, para
hedge fund selalu memiliki posisi
short yang sangat besar. Mereka berkepentingan mengguyur turun harga emas untuk mendapatkan untung. Di saat yang sama, mereka memperbanyak posisi
long di emas dan suatu saat berbalik mengerek naik banderol logam mulia itu. Ulasan selengkapnya simak di Tabloid KONTAN Edisi 11-17 Maret 2013, terbit Senin ini (11/3). Berikut prediksi rata-rata harga emas terbaru oleh para pemain kakap pasar emas dunia :
Prediksi Rata-rata Harga Emas oleh Analis dan Bank Investasi Dunia | | |
Institusi | | Prediksi Harga (US$ per ons troi) | | |
| | | 2013 | | 2014 | | 2015 |
Goldman Sachs | | 1600 | | 1450 | | - |
Bloomberg Analyst | | 1589 | | 1586 | | 1601 |
BNP Paribas | | 1670 | | 1595 | | - |
Credit Suisse | | 1740 | | 1720 | | 1500 |
Bank of America Merril Lynch | 1810 | | 1990 | | 1810 |
Citigroup | | | 1675 | | 1645 | | - |
HSBC | | | 1850 | | 1775 | | - |
Standard Chartered | | 1731 | | 1900 | | 1700 |
Morgan Stanley | | 1773 | | 1845 | | 1750 |
Deutsche Bank | | 1856 | | 1900 | | 1800 |
Barclays Capital | | 1778 | | 1550 | | - |
JP Morgan | | 1775 | | 1819 | | - |
| | | | | | | |
Sumber : Riset KONTAN | | | | | |
Cek Berita dan Artikel yang lain di
Google News Editor: Ruisa Khoiriyah