JAKARTA. Proyeksi Bank Dunia yang menyatakan inflasi Indonesia akan menembus 9% karena kenaikan harga bahan bakar minyak (BBM) bersubsidi, memberikan tekanan pada Bank Indonesia (BI) kembali mengerek suku bunga acuan (BI rate). Proyeksi ini juga memberikan tekanan pada perbankan kembali menaikkan bunga simpanan. Ekonomi Universitas Gajah Mada (UGM) Tony Prasetyantono, mengatakan BI perlu menaikkan BI rate 0,25% atau 25 basis poin (bps) agar bank memiliki keleluasan menaikkan kembali bunga simpanan demi menjaga likuiditas. Saat ini ada beberapa bank yang kekeringan likuiditas karena pemilik dana besar mulai mengalihkan dana mereka ke luar negeri demi mendapat imbal hasil yang lebih oke. Menurut Tony, saat ini bunga simpanan perbankan sudah tidak lagi menarik karena di bawah inflasi. "Ada salah satu bank dari 10 bank besar yang kehilangan dana pihak ketiga (DPK) hingga Rp 4 triliun dalam beberapa bulan.
Wah, bisa-bisa bunga bank naik lagi
JAKARTA. Proyeksi Bank Dunia yang menyatakan inflasi Indonesia akan menembus 9% karena kenaikan harga bahan bakar minyak (BBM) bersubsidi, memberikan tekanan pada Bank Indonesia (BI) kembali mengerek suku bunga acuan (BI rate). Proyeksi ini juga memberikan tekanan pada perbankan kembali menaikkan bunga simpanan. Ekonomi Universitas Gajah Mada (UGM) Tony Prasetyantono, mengatakan BI perlu menaikkan BI rate 0,25% atau 25 basis poin (bps) agar bank memiliki keleluasan menaikkan kembali bunga simpanan demi menjaga likuiditas. Saat ini ada beberapa bank yang kekeringan likuiditas karena pemilik dana besar mulai mengalihkan dana mereka ke luar negeri demi mendapat imbal hasil yang lebih oke. Menurut Tony, saat ini bunga simpanan perbankan sudah tidak lagi menarik karena di bawah inflasi. "Ada salah satu bank dari 10 bank besar yang kehilangan dana pihak ketiga (DPK) hingga Rp 4 triliun dalam beberapa bulan.