Wah, data China mengancam rupiah



JAKARTA. Angka inflasi bulan Oktober mengangkat rupiah di awal pekan ini. Di pasar spot, Senin (2/11) nilai tukar rupiah menguat 0,11% dibanding penutupan akhir pekan lalu menjadi Rp 13.669 per dollar AS.

Albertus Christian, Senior Research and Analyst PT Monex Investindo Futures mengatakan, nilai inflasi tahunan bulan Oktober sebesar 6,25% berada di bawah proyeksi sebesar 6,3%. Hal ini menjadi sentimen positif bagi pergerakan rupiah. Namun, ketidakpastian suku bunga The Fed mendorong kecemasan pasar sehingga meningkatkan capital outflow.

Dengan membaiknya tingkat inflasi serta potensi kenaikan pertumbuhan ekonomi dalam negeri, maka Bank Indonesia berpeluang memangkas tingkat suku bunga. Hal ini bisa membuat rupiah kembali melemah. Apalagi, di tengah kebijakan The Fed yang ingin menaikkan tingkat suku bunga. “Arah kebijakan BI dan The Fed yang cukup kontras memberi tekanan di capital outflow,” ujar Christian.


Selain data AS, faktor eksternal yang mempengaruhi pergerakan rupiah adalah kondisi ekonomi China. “Aktivitas pabrik di China masih melambat, data manufaktur juga masih lemah di bawah angka 50,” lanjut Christian. Respon melambatnya aktivitas pabrik di China dapat menyeret rupiah pada perdagangan Selasa (3/11).

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Editor: Barratut Taqiyyah Rafie