Wah, data ekonomi AS ini memperbesar peluang kenaikan bunga dollar AS lagi



KONTAN.CO.ID - WASHINGTON. Belanja konsumen Amerika Serikat (AS) meningkat secara solid pada bulan Juli, menunjukkan pertumbuhan ekonomi yang kuat di awal kuartal ketiga, sementara inflasi mencapai target Federal Reserve 2% untuk ketiga kalinya tahun ini.

Data lain pada hari Kamis (31/8) menunjukkan adanya peningkatan permohonan baru tunjangan pengangguran pekan lalu, tetapi tren yang mendasari terus mengarah ke pasar tenaga kerja yang kuat.

Namun demikian, ada kekhawatiran kebijakan perdagangan proteksionis pemerintah Trump, yang telah menyebabkan perang perdagangan yang meningkat dengan China dan tarik ulur tarif impor dengan mitra dagang lainnya, termasuk Uni Eropa, Kanada dan Meksiko, dapat merugikan perekonomian.

"Perdebatan perang perdagangan di cakrawala belum bergerak lebih dekat ke pantai," kata Chris Rupkey, kepala ekonom di MUFG di New York. "Konsumen melakukan bagian mereka untuk menjaga mesin ekonomi berjalan kuat di paruh kedua tahun ini."

Departemen Perdagangan mengatakan, belanja konsumen yang menyumbang lebih dari dua pertiga kegiatan ekonomi AS, naik 0,4% bulan lalu; setelah naik dengan margin yang sama pada Juni. Rumah tangga di AS menghabiskan lebih banyak uang di restoran dan akomodasi bulan lalu.

Ada juga peningkatan pengeluaran untuk obat resep. Kenaikan belanja konsumen bulan lalu sejalan dengan ekspektasi para ekonom.

Harga barang dan jasa di AS melanjutkan tren kenaikan bertahap mereka pada bulan Juli. Indeks pengeluaran konsumsi pribadi (PCE) tidak termasuk komponen makanan dan energi volatile naik 0,2% setelah merayap naik 0,1% pada Juni.

Angka tersebut mengangkat kenaikan tahunan indeks harga PCE inti menjadi 2,0% dari 1,9% pada Juni. Indeks PCE inti adalah ukuran inflasi yang disukai The Fed. Angka ini mencapai target inflasi 2% bank sentral AS pada Maret untuk pertama kalinya sejak April 2012.

Risalah dari FOMC Fed 31 Juli-Agustus yang diterbitkan minggu lalu menunjukkan beberapa pembuat kebijakan khawatir bahwa "periode yang berkepanjangan di mana ekonomi beroperasi di luar potensi dapat menimbulkan tekanan inflasi."

Mengingat permintaan domestik yang kuat dan pasar tenaga kerja yang mengencang dan inflasi dapat meningkat lebih lanjut, kemungkinan mendorong Fed menaikkan suku bunga untuk ketiga kalinya pada bulan September. Bea masuk, yang telah mendorong harga untuk bahan mentah seperti baja, kayu dan aluminium, terlihat mengipasi inflasi.

"Tekanan inflasi akan meningkat pada kuartal-kuartal mendatang," kata Ryan Sweet, seorang ekonom senior di Moody's Analytics di West Chester, Pennsylvania. "Oleh karena itu, Fed akan terus menaikkan suku bunga sekali per kuartal hingga akhir tahun ini dan selanjutnya."

Dolar diperdagangkan sedikit lebih tinggi terhadap sekeranjang mata uang, sementara imbal hasil Treasury AS turun. Saham di Wall Street sebagian besar lebih rendah di tengah kekhawatiran tentang ketegangan perdagangan antara Amerika Serikat dan China.   Dalam laporan terpisah pada hari Kamis (31/8), Departemen Tenaga Kerja mengatakan klaim awal tunjangan pengangguran negara meningkat 3.000 menjadi 213.000 yang disesuaikan secara musiman untuk pekan yang berakhir 25 Agustus.

Rata-rata pergerakan empat minggu dari klaim awal dianggap sebagai ukuran yang lebih baik dari tren pasar tenaga kerja karena mengaburkan volatilitas minggu ke minggu. Nah, angka rata-rata ini justru minggu lalu turun 1.500 ke 212.250, level terendah sejak Desember 1969.

Pada bulan Juli, belanja barang naik 0,2% setelah tergelincir 0,1% pada Juni. Pengeluaran untuk layanan meningkat 0,4% setelah melonjak 0,6% pada bulan sebelumnya. Pendapatan pribadi naik 0,3% pada Juli setelah naik 0,4% pada bulan sebelumnya.

Upah naik 0,4%. Inflasi yang lebih tinggi, bagaimanapun, memotong keuntungan tersebut.

Editor: Hasbi Maulana