Wah! Produsen tahu dan tempe gelar mogok produksi



JAKARTA. Kenaikan harga kedelai membuat pengusaha tahu dan tempe kelimpungan. Saat ini, harga kedelai di eceran sudah mencapai Rp 8.200 per kilogram (kg) naik 49% dari harga awal tahun sebesar Rp 5.500 per kg.

Tingginya harga kedelai itu membuat pengusaha tahu dan tempe kesulitan mendapatkan bahan baku produksi. Menyikapi kenaikan harga, Koperasi Produsen Tahu Tempe Indonesia (Kopti) berencana menggelar aksi mogok produksi selama tiga hari, mulai Rabu (25/7) sampai Jumat (27/7).

"Sekitar 150.000 produsen tahu tempe di Indonesia sudah dikoordinasikan untuk menghentikan produksi selama tiga hari," kata Asep Nurdin, Ketua Kopti Jawa Barat, Senin (23/7). Saat ini, produsen tahu tempe di Indonesia sangat bergantung dengan kedelai impor. Sementara itu, harga kedelai impor naik karena faktor harga di luar negeri. Isu gagal panen kedelai di Amerika Serikat membuat harga kedelai impor itu kian menjulang.


Dia menjelaskan, aksi unjuk rasa yang dilakukan perajin tahu dan tempe itu bertujuan untuk mengetuk hati pejabat pemerintah agar segera turun tangan. Menurut mereka, pengendalian harga oleh pemerintah bisa dilakukan dengan memfungsikan kembali Perum Bulog sebagai buffer stock komoditas kedelai.

Sementara pilihan untuk beralih ke kedelai lokal, pengusaha tahu tempe kesulitan untuk mendapatkannya. "Kedelai lokal sekarang ini malah tidak ada, seluruh kedelai yang ada di eceran kebanyakan impor dari AS," kata Suharto, Ketua Kopti DKI Jakarta.

Menteri Pertanian Suswono mengatakan, tingginya harga kedelai saat ini diharapkan membawa berkah sendiri kepada petani. Menurutnya, selama ini petani enggan menanam kedelai lantaran harganya kalah bersaing dengan komoditas impor. "Kenaikan harga kedelai sekarang ini, harus jadi peluang untuk bisa dimanfaatkan para petani Indonesia," kata dia.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Editor: Asnil Amri