JAKARTA. Kabar yang ditunggu-tunggu pelaku pasar modal di seluruh dunia akhirnya muncul. Rabu (3/11) waktu Washington atau Kamis (4/11) dini hari waktu Indonesia, bank sentral Amerika Serikat (AS) atau The Federal Reserve (The Fed) akhirnya mengumumkan kepastian tetang pengucuran stimulus jilid II mereka.Dalam rilis di situsnya yang muncul setelah Federal Open Market Commitee (FOMC) bersidang, The Fed menegaskan bahwa mereka akan melanjutkan program pembelian obligasi pemerintah dari pasar yang telah mereka lakukan selama ini. Langkah ini juga sering disebut quantitative easing (QE) Tak tanggung-tanggung, The Fed siap menggelontorkan dana US$ 600 miliar untuk memborong obligasi pemerintah dari tangan bank atau institusi keuangan lain hingga akhir kuartal II 2011 atau akhir Juni 2011. Artinya, nilai pembelian obligasi per bulan bisa mencapai US$ 75 miliar. Namun, sejatinya, angka total stimulus yang bakal mengucur bisa lebih besar lagi. Rilis The Fed New York yang muncul nyaris bersamaan dengan pengumuman The Fed itu merinci langkah pembelian obligasi pemerintah AS yang sesungguhnya.The Fed New York menyatakan bahwa FOMC telah menugaskan Open Market Trading Desk Federal Reserve New York untuk menjalankan program pembelian obligasi pemerintah AS itu. Mereka menyebut, FOMC menugaskan mereka memborong obligasi pemerintah senilai US$ 600 miliar hingga akhir kuartal II-2011. Tapi, ini hanya menghitung dana "segar" yang dialokasikan The Fed. Selain itu, FOMC juga menugaskan Fed New York untuk menginvestasikan kembali (reinvest) dana pembayaran obligasi yang sebelumnya mereka pegang. Mereka memperkirakan, hingga akhir Juni 2011, nilai dana yang akan dinvestasikan kembali itu mencapai US$ 250 miliar hingga US$ 300 miliar. Artinya, total jenderal, dana yang akan masuk pasar dan memborong obligasi pemerintah AS hingga akhir kuartal II-2011 akan mencapai US$ 850 miliar-US$ 900 miliar. Mengutip pernyataan tertulis The Fed New York, jika dipecah, setiap bulan, The Fed akan membelanjakan dana sekitar US$ 110 miliar. Periciannya sebesar US$ 75 miliar berupa dana segar dan US$ 35 miliar adalah dana reinvestment obligasi yang jatuh tempo. Ekonomi AS mengkhawatirkan Keputusan ini mengirimkan pesan sangat jelas bahwa The Fed akan mempertahankan kebijakan moneter mereka yang sangat longgar saat ini. Apalagi, dalam pernyataan terbarunya itu, The Fed jelas-jelas menyatakan akan mempertahankan bunga acuan (fed funds rate) di kisaran 0%-0,25%.Sementara, kebijakan pembelian obligasi pemerintah yang terus menerus itu juga akan menjaga imbal hasil (yield) obligasi pemerintah AS yang menjadi acuan tetap rendah. Kalau sudah begini, masyarakat yang memiliki dana tak memiliki banyak pilihan selain membelanjakan duit yang mereka kantongi.Di saat yang sama, dana segar yang mengalir ke perbankan diharapkan juga menjelma menjadi kredit. Dampaknya, lagi-lagi, kegiatan konsumsi dan produksi masyarakat akan meningkat. Dan, ujungnya, roda ekonomi AS akan kembali berputar. Ini klop dengan alasan resmi yang dikemukakan The Fed. Bank sentral AS ini membeberkan alasan kebijakan mereka secara panjang lebar dalam satu paragraf pertama pernyatannya. Tapi, intinya cuma satu: pemulihan ekonomi Amerika berjalan sangat lambat.
Wah, stimulus baru The Fed mencapai US$ 900 miliar!
JAKARTA. Kabar yang ditunggu-tunggu pelaku pasar modal di seluruh dunia akhirnya muncul. Rabu (3/11) waktu Washington atau Kamis (4/11) dini hari waktu Indonesia, bank sentral Amerika Serikat (AS) atau The Federal Reserve (The Fed) akhirnya mengumumkan kepastian tetang pengucuran stimulus jilid II mereka.Dalam rilis di situsnya yang muncul setelah Federal Open Market Commitee (FOMC) bersidang, The Fed menegaskan bahwa mereka akan melanjutkan program pembelian obligasi pemerintah dari pasar yang telah mereka lakukan selama ini. Langkah ini juga sering disebut quantitative easing (QE) Tak tanggung-tanggung, The Fed siap menggelontorkan dana US$ 600 miliar untuk memborong obligasi pemerintah dari tangan bank atau institusi keuangan lain hingga akhir kuartal II 2011 atau akhir Juni 2011. Artinya, nilai pembelian obligasi per bulan bisa mencapai US$ 75 miliar. Namun, sejatinya, angka total stimulus yang bakal mengucur bisa lebih besar lagi. Rilis The Fed New York yang muncul nyaris bersamaan dengan pengumuman The Fed itu merinci langkah pembelian obligasi pemerintah AS yang sesungguhnya.The Fed New York menyatakan bahwa FOMC telah menugaskan Open Market Trading Desk Federal Reserve New York untuk menjalankan program pembelian obligasi pemerintah AS itu. Mereka menyebut, FOMC menugaskan mereka memborong obligasi pemerintah senilai US$ 600 miliar hingga akhir kuartal II-2011. Tapi, ini hanya menghitung dana "segar" yang dialokasikan The Fed. Selain itu, FOMC juga menugaskan Fed New York untuk menginvestasikan kembali (reinvest) dana pembayaran obligasi yang sebelumnya mereka pegang. Mereka memperkirakan, hingga akhir Juni 2011, nilai dana yang akan dinvestasikan kembali itu mencapai US$ 250 miliar hingga US$ 300 miliar. Artinya, total jenderal, dana yang akan masuk pasar dan memborong obligasi pemerintah AS hingga akhir kuartal II-2011 akan mencapai US$ 850 miliar-US$ 900 miliar. Mengutip pernyataan tertulis The Fed New York, jika dipecah, setiap bulan, The Fed akan membelanjakan dana sekitar US$ 110 miliar. Periciannya sebesar US$ 75 miliar berupa dana segar dan US$ 35 miliar adalah dana reinvestment obligasi yang jatuh tempo. Ekonomi AS mengkhawatirkan Keputusan ini mengirimkan pesan sangat jelas bahwa The Fed akan mempertahankan kebijakan moneter mereka yang sangat longgar saat ini. Apalagi, dalam pernyataan terbarunya itu, The Fed jelas-jelas menyatakan akan mempertahankan bunga acuan (fed funds rate) di kisaran 0%-0,25%.Sementara, kebijakan pembelian obligasi pemerintah yang terus menerus itu juga akan menjaga imbal hasil (yield) obligasi pemerintah AS yang menjadi acuan tetap rendah. Kalau sudah begini, masyarakat yang memiliki dana tak memiliki banyak pilihan selain membelanjakan duit yang mereka kantongi.Di saat yang sama, dana segar yang mengalir ke perbankan diharapkan juga menjelma menjadi kredit. Dampaknya, lagi-lagi, kegiatan konsumsi dan produksi masyarakat akan meningkat. Dan, ujungnya, roda ekonomi AS akan kembali berputar. Ini klop dengan alasan resmi yang dikemukakan The Fed. Bank sentral AS ini membeberkan alasan kebijakan mereka secara panjang lebar dalam satu paragraf pertama pernyatannya. Tapi, intinya cuma satu: pemulihan ekonomi Amerika berjalan sangat lambat.