KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Tahun 2023 diproyeksi menjadi periode yang menggembirakan bagi
dividend hunter. Pertumbuhan kinerja emiten yang cukup mentereng tahun lalu menjadi dasar kenaikan proyeksi pembagian dividen tahun ini. Research Analyst Infovesta Kapital Advisori Arjun Ajwani menambahkan, secara umum pembagian dividen akan sejalan dengan kenaikan laba bersih. “Sehingga, jika laba bersih meningkat cukup signifikan, maka pembagian dividen (khususnya emiten big caps yang rutin membagikan dividen secara berkala)juga berpotensi naik,” kata Arjun, Rabu (18/1). Sehingga, pembagian dividen di sektor perbankan akan sejalan dengan kenaikan laba bersih. Dari sisi rasio keuangan, emiten perbankan besar tercatat mengalami penurunan loan to asset ratio (LAR) dibandingkan dengan kuartal sebelumnya. Emiten perbankan besar juga mengalami penurunan
liquidity coverage ratio (LCR) yang bisa menjadi katalis positif bagi kinerja perbankan.
Rata-rata
non-performing loans (NPL) perbankan besar juga berada di bawah 5%. Menurut Arjun, ini merupakan level yang sangat
manageable untuk mayoritas bank besar yang mempunyai asset base yang besar dan likuiditas bagus. Analis Mirae Asset Sekuritas Indonesia Handiman Soetoyo juga berekspektasi emiten sektor keuangan akan membayar dividen yang lebih tinggi tahun ini. Proyeksi kenaikan pembagian dividen ini berasal dari naiknya laba dan basis modal yang kuat. Perbankan yang berstatus sebagai badan usaha milik negara (BUMN) seperti PT Bank Rakyat Indonesia Tbk (
BBRI) dan PT Bank Mandiri Tbk (
BMRI) bahkan bisa menawarkan
dividend yield di atas 5%. Perbankan regional seperti PT Bank Pembangunan Daerah Jawa Timur Tbk (
BJTM) dan PT Bank Pembangunan Daerah Jawa Barat dan Banten Tbk (
BJBR) juga menjadi bank dengan riwayat
dividend yield yang tinggi.
Baca Juga: IHSG Berbalik Melemah ke 6.742,1 di Akhir Sesi Pertama, Sektor Barang Baku Anjlok Perusahaan multifinance seperti PT Adira Dinamika Multi Finance Tbk (
ADMF) dan PT Mandala Multifinance Tbk (
MFIN) juga berpeluang membagikan dividen yang menarik kepada para pemegang sahamnya, seperti yang dilakukan pada periode sebelumnya, bahkan di masa pandemi. Saham berkapitalisasi kecil lainnya yang secara konsisten menawarkan
yield tinggi diantaranya PT Panin Sekuritas Tbk (
PANS), PT Asuransi Dayin Mitra Tbk (
ASDM), dan PT Asuransi Tugu Pratama Indonesia Tbk (
TUGU). Jika investor mencari deviden yang sangat tinggi, saham sektor energi adalah jawabannya. Saham energi menempati urutan teratas dalam daftar saham dividen Mirae Asset dengan potensi
yield mulai dari 8% hingga lebih dari 30%, dengan rata-rata yield 17%. PT Indo Tambangraya Megah Tbk (
ITMG), PT Baramulti Suksessarana Tbk (
BSSR), PTMitrabara Adiperdana Tbk (
MBAP), dan PT Golden Energy Mines Tbk (
GEMS), PT Bukit Asam Tbk (
PTBA), PT Indika Energy Tbk (
INDY), PT Adaro Energy Indonesia Tbk (
ADRO), PT Resource Alam Indonesia Tbk (
KKGI), diuntungkan dari rekor harga batubara di tahun 2022. Di sisi lain, meroketnya saham PT Bayan Energy Tbk (
BYAN) menekan imbal hasil dividen. PT Medco Energi Internasional Tbk (
MEDC) dan PT Elnusa Tbk (
ELSA) juga menikmati kenaikan harga minyak sepanjang tahun 2022, yang menghasilkan kenaikan laba bersih per periode sembilan bulan pertama 2022.
PT Perusahaan Gas Negara Tbk (
PGAS) adalah emiten pelat merah lainnya yang juga menawarkan deviden
yield yang menarik. Perusahaan di sektor barang konsumsi, baik siklikal maupun non-siklikal, mengalami peningkatan laba yang signifikan di sembilan bulan pertama 2022, berkat pelonggaran pembatasan mobilitas dan kenaikan harga komoditas. Handiman menyebut, PT Matahari Department Store Tbk (
LPPF) secara eksplisit menyatakan pembayaran dividennya sebesar Rp 525 pada tahun 2023. PT Mitra Pinasthika Mustika Tbk (
MPMX), PT Delta Djakarta Tbk (
DLTA), PT Hanjaya Mandala Sampoerna Tbk (
HMSP), dan PT Gudang Garam Tbk (
GGRM) memiliki histori kebijakan dividen yang tinggi. Perusahaan produsen minyak sawit mentah alias
crude palm oil (CPO) seperti PT Sinar Mas Agro Resources and Technology Tbk (
SMAR), PT Triputra Agro Persada Tbk (
TAPG), PT Dharma Satya Nusantara Tbk (
DSNG), dan PT Wilmar Cahaya Indonesia Tbk (
CEKA) juga menikmati kenaikan harga CPO di tahun lalu. “Menurut kami, mereka kemungkinan menawarkan dividen yang menarik kepada pemegang saham,” kata Handiman. Nama-nama lain di sektor ini, seperti PT Enseval Putera Megatrading Tbk (
EPMT), PT Hartadinata Abadi Tbk (
HRTA), PT Astra Otoparts Tbk (
AUTO), PT Dharma Polimetal Tbk (
DRMA),dan PT Selamat Sempurna Tbk (
SMSM) juga masuk dalam daftar emiten yang royal membagikan dividen versi Mirae Asset. Di sektor industri, PT Astra International Tbk (
ASII) adalah emiten yang konsisten membayar dividen, dimana ASII mendapat sokongan laba dari anak usahanya, yakni PT United Tractors Tbk (
UNTR) serta anak perusahaan di bidang
finance seperti FIF hingga Astra Sedaya Finance. UNTR memiliki eksposur yang signifikan terhadap industri batubara dari bisnis penjualan batubara, kontraktor penambangan, dan alat berat. PT Hexindo Adiperkasa Tbk (
HEXA) juga menerima manfaat tidak langsung dari kenaikan harga komoditas, serta memiliki catatan histori dividen yang solid sejak melakukan
initial public offering (IPO).
Baca Juga: Pembagian Dividen Emiten di Tahun Ini Diproyeksi Naik, Ini Pendorongnya Sementara itu, emiten dengan kapitalisasi pasar yang kecil seperti PT Surya Pertiwi Tbk (
SPTO), PT Surya Toto Indonesia Tbk (
TOTO), PT Berkah Prima Perkasa Tbk (
BLUE), PT Arwana Citramulia Tbk (
ARNA), dan PT Mark Dynamics Indonesia Tbk (
MARK) memiliki riwayat pembayaran dividen yang konsisten dengan imbal hasil yang menarik. Perusahaan di sektor infrastruktur, khususnya perusahaan utilitas seperti PT Cikarang Listrindo Tbk (
POWR) dan PT Telkom Indonesia Tbk (
TLKM) umumnya memiliki laba yang solid. Handiman berekspektasi, TLKM dapat menaikkan rasio pembayaran dividen alias
dividend payment ratio (DPR) tahun ini untuk memenuhi mandatnya sebagai BUMN yang membayarkan dividen kepada pemerintah. Sementara itu, laba bersih PT Indonesia Kendaraan Terminal Tbk (
IPCC), PT Jasa Armada Indonesia Tbk (
IPCM), PT Total Bangun Persada Tbk (
TOTL), dan PT Nusa Raya Cipta Tbk (
NRCA) cukup volatil menurut Handiman. Namun demikian,emiten-emiten ini telah membuktikan ketahanan laba bersihnya dan secara konsisten menawarkan
yield dividen yang menarik. Di sektor
basic materials, saham PT Colorpak Indonesia Tbk (
CLPI), PT Lautan Luas Tbk (
LTLS), dan PT Panca Budi Idaman Tbk (
PBID) bisa dicermati investor, seiring dengan laba bersih yang solid dan histori pembayaran dividen yang menawan.
PT Merck Indonesia Tbk (
MERK) menjadi satu-satunya saham kesehatan yang menawarkan imbal hasil menarik, yakni di atas 5%. Sementara itu, PT Prodia Widyahusada Tbk (
PRDA) dan PT Industri Jamu dan Farmasi Sido Muncul Tbk (
SIDO) tidak masuk ke radar Mirae Asset Sekuritas seiring tergerusnya laba bersih. Meskipun demikian, Handiman menilai PRDA dan SIDO masih dapat menawarkan yield yang lumayan, yakni sebesar4%. Sementara itu, PT Puradelta Lestari Tbk (
DMAS) merupakan satu-satunya saham properti dengan dividen
yield yang tinggi. Namun sebagian besar dividen tersebut telah dibayarkan sebagai dividen interim, sehingga dividen finalnya mungkin tidak akan begitu besar. Cek Berita dan Artikel yang lain di
Google News Editor: Anna Suci Perwitasari