Wahana Interfood (COCO) bidik target penjualan Rp 200 miliar



KONTAN.CO.ID -  BANDUNG. PT Wahana Interfood Nusantara Tbk (COCO) optimistis dengan industri cokelat tahun ini. Pihaknya positif dapat meraih target penjualan Rp 200 miliar sampai tutup tahun 2019.

Menilik laporan keuangan emiten produsen kakao bermerk Schoko ini, pendapatan dan laba yang dapat diatribusikan kepada entitas induk, meningkat pada paruh pertama 2019.

Baca Juga: Wahana Interfood Nusantara (COCO) menggelar RUPSLB ungkap pemakaian dana IPO


Pendapatan meningkat lebih dari 100% dari Rp 44,43 miliar pada semester I 2018, menjadi Rp 90,35 miliar pada periode yang sama tahun ini. Sementara, laba yang dapat diatribusikan kepada pemilik entitas induk ikut melesat 135% dari Rp 1,55 miliar menjadi Rp 3,65 miliar pada paruh satu 2019.

Direktur Utama Wahana Interfood Nusantara, Reinald Siswanto menjelaskan, peningkatan ini terjadi karena pihaknya mulai agresif menjalankan pola penjualan B2C kepada para distributor. Sebelumnya, COCO masih meraup penjualan secara direct dari penjualan B2B.

"Ditambah lagi, kami masih menikmati pengaruh dari peak season di Juni, saat tutup laporan keuangan di Juli. Nah, saat memasuki Natal pada kuartal IV nanti, itu menjadi peak season lagi untuk kami," ungkapnya di Bandung, Rabu (11/9). 

Reinald menjabarkan, pihaknya menuai untung setiap tahun dari tiga musim, selain musim hari raya Idul Fitri dan Natal, pihaknya meraup keuntungan tinggi pada Valentine di Februari. Lebih jauh, kenaikan penjualan di saat Valentine bisa lebih dari dua kali lipat.

Baca Juga: Wahana Interfood (COCO) raih kinerja baik berkat produk Compound Chocolate

Dengan tiga momen tersebut, Reinald mempersiapkan produksinya saat ini sampai bulan November untuk menggeber permintaan cokelat pada Natal mendatang. Sementara memasuki Desember mendatang, pihaknya akan berganti fokus untuk mengisi permintaan cokelat pada Valentine.

Reinald melihat optimisme dari fakta kurangnya konsumsi cokelat di Indonesia. Menurut Asosiasi Kakao Indonesia (Askindo), orang Indonesia hanya mengkonsumsi sekitar 300 gram sampai 400 garam cokelat per tahun. Sementara Malaysia, bisa mencapai 2,2 kilogram (kg) per tahun.

"Dengan keadaan ekonomi Indonesia yang juga baik di Asia Tenggara, kami juga percaya diri bergerak dari segmen menengah ke bawah, menjadi menengah - menengah atas. Kami tarik semua segmen, karena kami ini juga memproduksi cokelat premium. Masyarakat pun sudah aware pula dengan kualitas cokelat" tutur Reinald lagi.

Lebih lanjut, COCO juga membukukan peningkatan jumlah aset, liabilitas dan ekuitas pada semester I 2019.

Baca Juga: Wahana Interfood Nusantara (COCO) perluas segmentasi pasar di semester II-2019

Jumlah aset meningkat 53,52% di angka Rp 249,87 miliar dari Rp 162,75 miliar dari akhir 2018 lalu. Sementara liabilitas meningkat pula 35,83% di angka Rp 166,84 miliar dari Rp 122,53 miliar.

Jumlah ekuitas terkerek 65,33% di angka Rp 83,03 miliar dari Rp 50,22 miliar pada akhir 2018.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Editor: Noverius Laoli