Wait and See! Cermati Hal ini untuk Saham yang Habis Kena Suspensi



KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Pada awal bulan November ini, Bursa Efek Indonesia (BEI) sudah memberikan suspensi terhadap tiga saham emiten. Penghentian sementara perdagangan dilakukan lantaran terjadi unsual market activity (UMA).

Pada perdagangan Selasa (1/11), PT Jaya Swarasa Agung Tbk (TAYS) kena suspensi lantaran terjadi peningkatan harga kumulatif yang signifikan. Saham TAYS melesat 22,22% ke harga Rp 660. Dalam seminggu, terjadi lonjakan 30,69%, mengakumulasi penguatan 270,79% sejak awal tahun 2022.

Dengan alasan yang sama, sehari berselang, giliran dua emiten Mayapada Grup kepunyaan Dato Sri Tahir yang kena suspensi. Mereka adalah PT Maha Properti Indonesia Tbk (MPRO) dan PT Sejahteraraya Anugrahjaya Tbk (SRAJ).


Baca Juga: Sejumlah Emiten Dinyatakan Pailit, Investor Bisa Apa?

Saham MPRO melonjak 24,91% ke harga Rp 1.755 pada Rabu (2/11). Harga saham emiten properti tersebut melesat 56% dalam seminggu, dan menanjak 161,94% selama satu bulan terakhir.

Sedangkan saham SRAJ naik 25% sebelum disuspensi. Harga saham emiten pengelola Mayapada Hospital itu berada di posisi Rp 515 setelah mengakumulasi kenaikan 55,12% dalam seminggu, dan 255,17% pada periode satu bulan. 

Investment Analyst Infovesta Kapital Advisori Fajar Dwi Alfian menyoroti, lonjakan harga saham yang terjadi tidak mencerminkan kondisi fundamental emiten. Terutama untuk SRAJ dan MPRO yang hingga laporan Semester I-2022 berbalik menderita rugi bersih. 

Sedangkan TAYS masih bisa meraih laba bersih meski jumlahnya terpangkas. Secara umum, Fajar pun menyarankan agar pelaku pasar wait and see terlebih dulu ketika suspensi dicabut dan sahamnya kembali diperdagangkan.

Baca Juga: Terkena UMA Pekan Lalu, Intip Rekomendasi Empat Saham Ini

Pelaku pasar juga perlu mencermati prospek usaha, ekspansi, bahkan aksi korporasi yang akan dijalankan emiten. Jika menunjukkan hasil positif, maka ada kecenderungan ketika suspensi dicabut, gerak sahamnya akan mengikut tren sebelum disuspensi.

"Tapi belum tentu seperti itu. Sebaiknya wait and see dulu, sembari mencermati penjelasan perusahaan serta prospek usahanya ke depan," ujar Fajar kepada Kontan.co.id, Jumat (4/11).

Associate Director of Research and Investment Pilarmas Investindo Sekuritas Maximilianus Nico Demus juga menyoroti, penjelasan manajemen emiten terkait penyebab suspensi akan menentukan penerimaan pasar dan gerak saham selanjutnya.

"Faktor itu akan mempengaruhi naik atau turunnya harga saham setelah suspensi dibuka. Itu akan menjadi perhatian pelaku pasar," ujar Nico.

Baca Juga: Cek Saham-Saham Perlu Diwaspadai di Sini, Agar Investasi Aman dan Nyaman

Manajemen MPRO dan SRAJ pun telah mengadakan paparan publik insidentil pada Jum'at (4/11). Dalam paparannya, Corporate Secretary Sejahteraraya Anugrahjaya, Arie Farisandi membeberkan analisa yang diduga menjadi faktor lonjakan harga saham SRAJ.

Pertama, adanya tren kepercayaan masyarakat terhadap industri kesehatan. Apalagi didorong dengan pemberitaan masuknya covid-19 varian XBB ke Indonesia pada 21 Oktober 2022.

Kedua, manajemen SRAJ menduga kenaikan harga saham merupakan buah dari upaya perusahaan meningkatkan kualitas rumah sakit jaringan Mayapada Hospital yang memberikan keyakinan publik terhadap kinerja SRAJ.

Ketiga, suksesnya emisi obligasi I SRAJ pada bulan Oktober 2022 yang meningkatkan kepercayaan publik terhadap struktur keuangan SRAJ. Adapun, penawaran umum Obligasi I SRAJ tahun 2022 diterbitkan dengan jumlah Rp 950 miliar.

Baca Juga: Saham Digembok Bursa, Begini Tanggapan Manajemen Bintang Mitra Semestaraya (BMSR)

Selain itu, SRAJ juga menggelar ekspansi. Lewat anak usahanya, PT Nusa Sejahtera Kharisma, SRAJ sedang membangun rumah sakit Mayapada Hospital Bandung dengan kapasitas 200 bed.

Tingkat penyelesaian Mayapada Hospital Bandung sampai akhir Oktober 2022 mencapai 80%, yang direncanakan rampung pada akhir 2022 dan bisa beroperasi di kuartal I-2023.

"Selain membangun rumah sakit baru di Bandung, Perseroan juga sedang melakukan renovasi bertahap Mayapada Hospital Bogor," ujar Arie.

Sementara itu, Corporate Secretary Maha Properti Indonesia, Suwandy, mengungkapkan MPRO belum memiliki rencana aksi korporasi dalam waktu dekat. Manajemen MPRO pun memprediksi masih belum bisa membukukan laba di tahun ini.

Baca Juga: Melemah 0,15% dalam Sepekan, Ini Sentimen yang Menghantui IHSG

"Seiring dengan pandemi covid-19 yang sudah mulai mereda, Perseroan berharap agar di tahun-tahun mendatang kinerja keuangan menjadi lebih baik," kata Suwandy.

MPRO pun akan menggarap sejumlah proyek. Pada tahun 2023, MPRO berencana untuk membangun rumah tapak dengan nama Mahamaya di komplek The Kahyangan, Solo Baru, Sukoharjo. 

Selanjutnya, melalui entitas anak, PT Trixindo Selaras, MPRO akan melanjutkan pembangunan Apartemen Thames di dalam kawasan hunian Simprug Signature, yang berlokasi di Ciledug Raya, Jakarta Selatan.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Editor: Wahyu T.Rahmawati