KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) diprediksi bakal melanjutkan pelemahan pada perdagangan Selasa (29/1). Sikap wait and see dari pelaku pasar diprediksi bakal mendominasi perdagangan besok. Berdasarkan RTI, indeks Senin (28/1) tercatat koreksi 0,37% ke level 6.458,71. Pelemahan ini diikuti aksi net sell dari investor asing sebanyak Rp 661,58 miliar. Analis Semesta Indovest Sekuritas Aditya Perdana Putra mengatakan, investor bakal melakukan profit taking terbatas, di tengah pekan yang sibuk oleh data eksternal pekan ini. "Aksi wait and see juga sudah dilakukan dengan adanya aksi net sell sementara. Ini karena, adanya rapat penentuan suku bunga acuan AS (The Fed)," kata Aditya kepada Kontan.co.id, Senin (28/1).
Selain itu, perundingan antara AS dengan China, dan potensi kembali terjadinya shutdown di pemerintahan AS masih menjadi perhatian para investor di perdagangan Selasa (29/1). Untuk itu, IHSG berpeluang lanjutkan pelemahan dan bergerak di kisaran support 6.390 dan resistance di 6.480. "Saham-saham pilihan yang layak dicermati untuk dibeli yakni, TPIA, INKP, KPAS, SCMA, ACES, dan MEDC," ungkap Aditya. Kepala Riset Reliance Sekuritas Indonesia Lanjar Nafi mengatakan, saham CTRA yang terkoreksi 5,61% menjadi pemimpin pelemahan di sektor properti. "Meskipun secara fundamental baik, dengan estimasi 2018 peningkatan penjualan 15,8%, bottom line 14,4% dan target price secara konsensus di level Rp 1.280 per saham," kata Lanjar. Selain itu Lanjar bilang, duo saham telekomunikasi seperti EXCL dan TLKM masing-masing turun 2,74% dan 2,58%. "Dua saham ini menuai kekalahan terdalam di sektor infrastruktur dengan trigger ketatnya persaingan harga data di Indonesia," tambah dia. Ia juga mengungkapkan bahwa pergerakan indeks awal pekan dipengaruhi oleh sejumlah sentimen global di antaranya mayoritas indeks ekuitas di Eropa dibuka pesimis. "Poundsterling juga tergelincir dengan penurunan terbesar dalam lebih dari seminggu," imbuhnya. Lebih lanjut, Lanjar bilang untuk Selasa (29/1), IHSG akan melanjutkan pelemahan. Dia menuturkan, pergerakan indeks akan dibayangi oleh sentimen mengenai prospek pembicaraan perdagangan AS-China, harga komoditas energi seperti minyak WTI. "Harga batubara merespons stok persediaan minyak di AS setelah sanksi Venezuela yang dikabarkan memangkas supply dan menaikan demand," kata Lanjar.