Wajah Bursa Asia Beragam, Investor Menantikan Hasil Rapat The Fed



KONTAN.CO.ID - ​JAKARTA. Bursa saham Asia bervariasi pada perdagangan Rabu (26/1), setelah pasar Amerika Serikat (AS) jatuh semalam. Investor menunggu pernyataan dari rapat The Fed.

Pasar Jepang diperdagangkan sedikit berubah karena Nikkei 225 turun tipis 0,15% pada awal perdagangan, sementara Topix datar.

Di Korea Selatan, Kospi naik 0,63%. Pasar di Australia dan India tutup untuk hari libur.


Sementara itu, Dana Moneter Internasional (IMF) menurunkan perkiraan pertumbuhan global untuk tahun ini karena meningkatnya kasus Covid-19, gangguan rantai pasokan, dan inflasi yang lebih tinggi menghambat pemulihan ekonomi.

Dikatakan dalam sebuah laporan yang diterbitkan Selasa bahwa IMF memperkirakan produk domestik bruto (PDB) global melemah dari 5,9% pada 2021 menjadi 4,4% pada 2022 - dengan angka tahun ini menjadi setengah poin persentase lebih rendah dari perkiraan sebelumnya.

Baca Juga: Wall Street Berakhir Turun dan Minyak Naik karena Investor Menunggu The Fed

Asal tahu, Wall Street jatuh setelah sesi bergejolak pada hari Senin. Dow Jones Industrial Average ditutup turun 67,77 poin, atau 0,2%, menjadi ditutup pada 34.297,7 pada Selasa (25/1).

Indeks S&P 500 turun 1,2% menjadi 4.356,45. Nasdaq Composite yang sarat teknologi turun 2,3% menjadi 13.539,30

Pasar akan menantikan kesimpulan pertemuan Fed pada hari Rabu, di mana Fed diperkirakan akan mengeluarkan pernyataan yang menandakan kenaikan suku bunga segera setelah bulan Maret dan lebih banyak pengetatan kebijakan untuk mengatasi inflasi yang tinggi.

Di tempat lain, ketegangan geopolitik terus mengguncang investor ketika sekutu Barat bersiap untuk semacam konfrontasi militer, menyiapkan pasukan jika Rusia memang menyerang Ukraina.

Harga minyak naik lebih dari 2% di tengah kekhawatiran bahwa pasokan bisa menjadi ketat karena ketegangan Ukraina-Rusia, di antara faktor lainnya.

Minyak mentah West Texas Intermediate (WTI) turun 0,44% menjadi US$85,21 selama jam perdagangan Asia di pagi hari.

Baca Juga: IHSG Rabu (26/1) Berpotensi Fluktuatif Jelang FOMC

Indeks dolar AS, yang melacak greenback terhadap sekeranjang rekan-rekannya, berada di 95,948, terus naik dari level sebelumnya di sekitar 95,8.

Kathy Lien dari 60 Second Investor mengatakan bahwa jalur pengetatan moneter AS, jika agresif, dapat mengatur laju penguatan dolar.

"Jika Powell mengonfirmasi bahwa kenaikan suku bunga akan dimulai pada bulan Maret dan menyarankan bahwa mereka perlu secara agresif mengendalikan inflasi dengan lebih dari 4 putaran pengetatan, dolar AS akan melonjak terhadap semua mata uang utama," katanya dalam sebuah catatan dilansir dari laman CNBC.

"Namun, jika kurang dari itu dapat memicu reli dalam ekuitas dan mata uang yang memudahkan permintaan dolar AS."

Dalam mata uang lain, yen Jepang diperdagangkan pada 113,85 per dolar, sedangkan dolar Australia berada di US$0,7155, menguat dari sekitar US$0,714 sebelumnya.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Editor: Yudho Winarto