TOKYO. Mayoritas saham yang diperdagangkan di bursa Asia masih memerah pada transaksi pagi ini (8/4). Data Bloomberg menunjukkan, pada pukul 09.41 waktu Tokyo, indeks MSCI Asia Pacific turun 0,6% menjadi 137,69. Sementara itu, indeks Topix Jepang turun 1,6%, indeks Kospi Korea Selatan turun 0,3%, indeks S&P/ASX 200 Australia turun 0,4%, dan indeks NZX 50 Selandia Baru turun 1%. Pergerakan sejumlah saham turut mempengaruhi bursa Asia. Beberapa di antaranya: SoftBank Corp turun 2,6% di Tokyo, Yahoo Japan Corp turun 4,3% di Tokyo, Samsung Electronics Corp turun 1,1% di Seoul, dan Australian Agricultural Co naik 5,3%. Bursa Asia tampak tak bersemangat seiring aksi wait and see investor terhadap konklusi kebijakan Bank of Japan."Valuasi sahan sudah meningkat dan transaksi ke depan akan sangat mencemaskan bagi pelaku pasar. Apalagi, terjadi perlambatan pertumbuhan ekonomi China dan reformasi sistem finansialnya. Selain itu, ada gap yang cukup jauh antara pertumbuhan Jepang dan AS," jelas John Vail, chief global strategist Nikko Asset Management Co. Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Wajah bursa Asia masih cemberut pagi ini
TOKYO. Mayoritas saham yang diperdagangkan di bursa Asia masih memerah pada transaksi pagi ini (8/4). Data Bloomberg menunjukkan, pada pukul 09.41 waktu Tokyo, indeks MSCI Asia Pacific turun 0,6% menjadi 137,69. Sementara itu, indeks Topix Jepang turun 1,6%, indeks Kospi Korea Selatan turun 0,3%, indeks S&P/ASX 200 Australia turun 0,4%, dan indeks NZX 50 Selandia Baru turun 1%. Pergerakan sejumlah saham turut mempengaruhi bursa Asia. Beberapa di antaranya: SoftBank Corp turun 2,6% di Tokyo, Yahoo Japan Corp turun 4,3% di Tokyo, Samsung Electronics Corp turun 1,1% di Seoul, dan Australian Agricultural Co naik 5,3%. Bursa Asia tampak tak bersemangat seiring aksi wait and see investor terhadap konklusi kebijakan Bank of Japan."Valuasi sahan sudah meningkat dan transaksi ke depan akan sangat mencemaskan bagi pelaku pasar. Apalagi, terjadi perlambatan pertumbuhan ekonomi China dan reformasi sistem finansialnya. Selain itu, ada gap yang cukup jauh antara pertumbuhan Jepang dan AS," jelas John Vail, chief global strategist Nikko Asset Management Co. Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News