KONTAN.CO.ID - Di dunia pasar modal dikenal banyak sekali instrumen investasi yang bisa dijadikan pilihan oleh investor. Masing-masing produk investasi tersebut memiliki cara kerja dan karakteristik tersendiri yang penting untuk diketahui oleh para pemilik modal. Selain itu, setiap instrumen investasi juga memiliki kelebihan dan kekurangan yang penting untuk disesuaikan dengan kebutuhan investor, termasuk pada produk obligasi. Bagi yang belum tahu, obligasi atau yang bisa disebut sebagai surat utang adalah sebuah pernyataan utang yang diberikan dari pihak penerbit pada pemiliknya. Dengan cara kerja yang simpel dan potensi imbal hasil yang menarik, tak mengherankan jika obligasi menjadi salah satu instrumen investasi favorit banyak investor. Tapi, sebelum memilihnya, Anda perlu mempelajari dulu tentang apa itu obligasi beserta keuntungan dan risiko produknya. Untuk lebih jelasnya simak penjelasan tentang obligasi dan plus minusnya berikut ini.
- Memberi pendapatan atau imbal hasil tetap dari bunga atau kupon yang diberikan. Pemberian kupon atau bunga ini menjadi ciri atau karakteristik utama dari produk obligasi yang membedakannya dengan mayoritas instrumen investasi lain. Melalui pembayaran kupon ini, investor atau pemegang obligasi bakal memperoleh pendapatan secara rutin sampai masa berlaku obligasi berakhir atau mencapai jatuh tempo.
- Tak hanya penghasilan yang didapatkan dari pembayaran kupon, investor obligasi juga bisa mendapatkan keuntungan dari transaksi atau jual beli obligasi. Sehingga, pemegang obligasi juga bisa berpeluang untuk memperoleh capital gain dari metode ini. Walaupun begitu, hanya jenis obligasi tertentu yang bisa diperjualbelikan oleh pemiliknya dan mendapat capital gain, serta transaksi tersebut harus memenuhi kondisi keuangan khusus.
- Risiko investasi obligasi terjadi saat perusahaan atau lembaga penerbitnya tak mampu membayarkan kupon obligasinya. Sehingga bond holder berisiko tidak mendapatkan keuntungan dari investasi di produk tersebut.
- Risiko lainnya dari investasi obligasi juga bisa terjadi saat perusahaan atau lembaga penerbitnya tak mampu mengembalikan utang pokoknya ke pihak pemegang obligasi. Hal ini membuat investor berisiko kehilangan modal investasi yang telah dibayarkannya untuk membeli produk tersebut. Walaupun begitu, risiko ini bisa diminimalkan dengan cermat memilih lembaga penerbit obligasi dan memastikan kredibilitasnya.
- Risiko harga jual kembali dari obligasi yang sangat dipengaruhi faktor suku bunga yang berlaku.
- Adanya risiko likuiditas yang membuat investor atau pemegang obligasi kesulitan untuk menjual surat utang yang dimilikinya. Walaupun bisa ditransaksikan dan diperjualbelikan ke investor lain, tapi risiko likuiditas bisa terjadi karena faktor tertentu, seperti kondisi ekonomi yang kacau dan sebagainya. Jika risiko likuiditas terjadi, pemegang obligasi mungkin akan kesulitan untuk bisa menjual obligasinya, ataupun harus rela menjualnya dengan harga yang rendah dan berakhir merugi.