Wajib rupiah rugikan pengusaha batubara



JAKARTA. Kewajiban penggunaan mata uang rupiah mengganggu sektor bisnis tambang. Pengusaha sulit mengonversi dollar Amerika Serikat (AS) atas hasil penjualan batubara karena risiko kerugian akibat kurs sangat tinggi.

Ribetnya lagi penjual dan pembeli mau tidak mau harus meninjau kembali harga yang sudah disepakati.

"Masalahnya lebih ke operasional," kata Deputi Eksekutif Asosiasi Perusahaan Batu Bara Indonesia (APBI) Hendra Sinadia.


Ditambah lagi pembelian komponen pembayaran perusahaan pertambangan menggunakan dolar AS, bahkan royalti pun begitu.

"Banyak exposure keuangan dalam dolar, " kata Hendra.

Apalagi harga komoditas batubara nasional sangat terikat dengan perdagangan internasional.

Meski begitu, dengan tren pelemahan rupiah ini, pengusaha batubara memang mendapat keuntungan. "Memang ada pengaruhnya tetapi tidak terlalu besar," katanya.

Namun, kembali lagi ada kewajiban penggunaan rupiah jadinya perusahaan tidak bisa menikmati keuntungan.

Sebenarnya, APBI telah meminta pemerintah segera menindaklanjuti kewajiban rupiah yang merugikan pengusaha ini.

Namun sampai saat ini APBI belum diundang untuk membahas terkait kewajiban kurs rupiah ini, "kami menunggu pembentukan tim gugus yang bertugas untuk menindaklanjuti kewajiban rupiah ini," tutup Hendra.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Editor: Adi Wikanto