Walau ada perbaikan permintaan, bisnis truk masih perlu waktu untuk pulih



KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Bisnis angkutan truk dinilai masih memerlukan waktu untuk benar-benar pulih dari dampak pandemi Covid-19.

Dewan Pimpinan Pusat Asosiasi Pengusaha Truk Indonesia (Aptrindo) Gemilang Tarigan menyampaikan, permintaan jasa truk sebenarnya sudah mulai bergerak naik di tahun ini, namun belum kembali ke level normal seperti sebelum masa pandemi. Maklum, industri yang menggunakan jasa truk sempat jatuh, terutama di awal-awal masa pandemi.

“Kalau dahulu, ada sekitar 40%-60% truk yang beroperasi, sekarang bergerak naik jadi 60%-80%. Tapi ini belum ke level yang normal,” kata dia, Minggu (3/10).


Baca Juga: Efisiensi sektor logistik akan percepat pemulihan ekonomi

Gemilang menyebut, permintaan truk terbesar berasal dari perusahaan-perusahaan e-commerce atau perdagangan barang secara online. Pertumbuhan dari segmen tersebut sekitar 20%-30% pada tahun ini.

Aptrindo belum mengetahui secara pasti kapan bisnis angkutan truk bisa benar-benar pulih. Pasalnya, bisnis truk tersebut cukup bergantung terhadap kesiapan berbagai sektor industri di tengah pemulihan ekonomi nasional. “Pasar kami tergantung industri. Kalau industrinya naik, kami bisa ikut menikmati,” imbuh Gemilang.

Dia menambahkan, lantaran masih ada sebagian armada truk yang belum beroperasi karena minim permintaan, hal ini menciptakan kondisi oversupply truk di berbagai pelaku usaha penyedia atau penyewa. Lantas, para pelaku usaha pun cenderung lebih berhati-hati dalam berinvestasi dan selalu mengutamakan efisiensi bisnis terlebih dahulu.

“Efisiensi terus dilakukan sambil menunggu situasi bisnis yang lebih baik,” ujar Gemilang.

Baca Juga: Harga komoditas energi masih melaju, emiten-emiten atur strategi efisiensi

Sementara itu, Direktur Utama PT Armada Berjaya Trans Tbk (JAYA) Darmawan Suryadi mengatakan, pihaknya mencatatkan adanya kenaikan permintaan pada divisi bisnis angkutan peti kemas. Di sisi lain, terjadi penurunan permintaan pada divisi angkutan loose cargo.

“Strategi kami adalah berusaha mencari titik efisiensi untuk jumlah armada yang dibutuhkan di tiap divisi,” imbuh dia, Jumat (1/10).

Mengutip situs resmi JAYA, perusahaan ini memiliki tiga jenis layanan angkutan darat. Di antaranya adalah layanan loose cargo, layanan kontainer, dan layanan truk box.

Baca Juga: Ada panic buying, sekitar 90% pom bensin di Inggris kehabisan stok BBM

Darmawan melanjutkan, manajemen JAYA telah merealisasikan seluruh rencana pembelian 15 unit armada truk untuk divisi truk box pada tahun ini. Emiten ini mesti merogoh kocek sebesar Rp 10 miliar untuk membeli truk baru tersebut.

Pembelian truk baru menjadi salah satu ikhtiar JAYA untuk meningkatkan kinerjanya di tahun 2021. Dalam catatan Kontan, JAYA membidik kenaikan pendapatan sekitar 10%-20% serta laba bersih sekitar 30%-50% di tahun ini.

Adapun hingga semester pertama 2021, pendapatan JAYA naik 1,28% (yoy) menjadi Rp 33,23 miliar. Di saat yang sama, laba bersih JAYA meroket 198,11% (yoy) menjadi Rp 3,16 miliar.

Baca Juga: Duh, industri otomotif global diprediksi akan merugi Rp 2.982 triliun tahun ini

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Editor: Wahyu T.Rahmawati