KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Walau saling bersaing dari sisi perolehan imbal hasil, sejatinya baik reksadana maupun
unitlink dapat menjadi pilihan menarik. Hal ini dengan catatan masyarakat tahu karakteristik produk tersebut dan kebutuhannya masing-masing. Sebagai informasi, beberapa
unitlink mampu membukukan kinerja yang lebih unggul dari reksadana di tengah dinamika pasar keuangan. Ambil contoh
unitlink berbasis saham. Infovesta Equity Unit Linked Index yang menjadi acuan kinerja rata-rata
unitlink saham tumbuh 4,39% (ytd) hingga Agustus lalu. Hasil ini lebih baik ketimbang kinerja rata-rata reksadana saham di Infovesta Equity Fund Index yang terkoreksi 3,85% (ytd).
Direktur PT Capital Life Indonesia Robin Winata yakin, kinerja
unitlink saham masih akan terus tumbuh di sisa tahun ini. Maka dari itu, pihaknya akan memaksimalkan saham-saham yang sudah berkinerja positif dan mencoba masuk secara berkala ke saham-saham yang tergolong
undervalued. Baca Juga: Kinerja rata-rata reksadana saham kalah dibanding unitlink saham, ini penyebabnya Lebih lanjut, berbekal kinerja yang positif, Robin menilai
unitlink dapat menjadi aset yang menarik untuk dikoleksi. Selain mendapat potensi imbal hasil atas investasi yang dilakukan, pemilik
unitlink juga mendapat perlindungan asuransi. “Karena sifat
unitlink yang untuk kebutuhan jangka panjang, biasanya pergerakan nilai investasinya cenderung stabil,” ujar dia, Selasa (10/9). Direktur Panin Asset Management Rudiyanto berpendapat, reksadana masih dapat dijadikan pilihan untuk memaksimalkan dana investasi. Khusus untuk reksadana saham, secara jangka panjang instrumen tersebut umumnya mampu mencetak
return yang lebih tinggi ketimbang
unitlink saham. Di samping itu, beban biaya administrasi yang ditanggung oleh investor untuk reksadana juga relatif lebih rendah ketimbang
unitlink. Kembali lagi, karena
unitlink produk berbalut asuransi, pemiliknya dikenai biaya untuk investasi sekaligus asuransi di saat yang sama.
Baca Juga: Agustus, produk unitlink Avrist Assurance raih imbal hasil positif di semua lini Sementara itu,
Head of Research & Consulting Edbert Suryajaya mengungkapkan, bagi masyarakat yang punya dana
idle atau mengendap dan tidak tahu kapan akan digunakan, maka dana tersebut lebih cocok dialokasikan di produk reksadana. Walau memiliki fungsi investasi,
unitlink tak lantas diperlakukan seperti instrumen investasi pada umumnya. Dalam praktiknya, seseorang tidak bisa hanya mengandalkan
market timing atau berkaca dari kondisi pasar terkini untuk membeli produk
unitlink. Fungsi proteksi dari
unitlink tetap harus dikedepankan oleh setiap pembelinya. “Dana yang dialokasikan untuk
unitlink harus jelas tujuannya. Misalnya, dana pendidikan. Maka dana tersebut akan diproteksi agar bisa digunakan di masa depan, sedangkan investasinya merupakan bonus yang diperoleh,” paparnya, Selasa (10/9). Cek Berita dan Artikel yang lain di
Google News Editor: Herlina Kartika Dewi