Walau berhasil rebound, harga minyak dunia masih rentan terkoreksi



KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Setelah sempat terpuruk, harga komoditas minyak dunia kembali rebound. Namun, memasuki Januari 2019, harga minyak dunia masih berpotensi melemah walau dalam rentang yang lebih terbatas.

Mengutip Bloomberg pada Jumat (28/12) pukul 18.00 WIB, harga minyak jenis West Texas Intermediate (WTI) kontrak pengiriman Februari 2019 di New York Mercantile Exchange (Nymex) naik 2,06% ke level US$ 45,53 per barel. Namun, dalam sepekan terakhir harga minyak WTI turun 0,13%. Minyak WTI sempat menyentuh level terendah sejak Januari 2016 lalu.

Kenaikan juga terjadi pada minyak jenis Brent kontrak pengiriman Februari 2019 di ICE Futures sebesar 1,55% ke level US$ 52,97 per barel. Sedangkan dalam sepekan, harga minyak Brent terkoreksi 1,57%.

Analis Monex Investindo Futures, Putu Agus Pransuamitra mengatakan, harga minyak sempat anjlok ke level terendah akibat isu perlambatan ekonomi global yang berpotensi mengurangi permintaan terhadap komoditas tersebut.

Di sisi lain, kelebihan pasokan masih membayangi harga minyak lantaran OPEC hanya berencana memangkas produksi sebesar 1,2 juta barel di tahun depan. “Para pelaku pasar memandang jumlah pemangkasan tersebut belum cukup mampu mendongkrak harga minyak di masa mendatang,” ungkap Putu, Jumat (28/12).

Harga minyak akhirnya berhasil menguat karena faktor teknikal. Selain itu, kenaikan harga minyak juga terbantu oleh perbaikan performa bursa saham AS jelang akhir pekan. Penguatan indeks saham AS didorong oleh aksi pembelian yang dilakukan investor memanfaatkan momentum koreksi yang terjadi dalam beberapa waktu terakhir.

“Bahkan, indeks Dow Jones sempat menguat sampai 1.000 poin di hari Rabu lalu,” kata putu.

Lebih lanjut, penurunan harga minyak dunia berpotensi kembali terjadi dalam waktu dekat mengingat isu kelebihan pasokan dan perlambatan pertumbuhan ekonomi global masih berlangsung. Para pelaku pasar khawatir produksi minyak terus meningkat, terutama dari AS, di saat permintaan cenderung rendah.

Kendati demikian, penurunan harga minyak relatif akan lebih terbatas paling tidak sampai terealisasinya rencana pemangkasan produksi oleh OPEC mulai pertengahan Januari mendatang.

Secara teknikal, indikator Moving Average (MA) menunjukkan bahwa harga minyak WTI bergerak di atas MA50, MA100, dan MA100. Indikator Moving Average Convergence Divergence (MACD) turun ke level -2,9. Sebaliknya, indikator Stochastic bergerak naik ke level 66. Kenaikan juga terjadi pada indikator Relative Strenght Index (RSI) ke level 42.

Berdasarkan hal tersebut, Putu memperkirakan harga minyak dunia akan bergerak di area US$ 42,70—US$ 48,00 per barel pada perdagangan Senin (31/12) mendatang. Dalam satu pekan ke depan, harga minyak akan bergulir di rentang US$ 42—US$ 52 per barel.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Editor: Herlina Kartika Dewi