Walau cuma salon panggilan, laba tetap menggiurkan



Sudah lumrah wanita ingin selalu terlihat cantik dari ujung kepala sampai ujung kaki. Demi menjaga penampilan, mereka rela merogoh kocek dalam-dalam untuk merawat tubuh. Salon kecantikan menjadi tempat favorit kaum hawa memanjakan tubuh, mulai sekadar memotong rambut, creambath, luluran, spa, facial, hingga manicure dan pedicure. Namun, tak semua orang memiliki banyak waktu luang agar bisa menyambangi salon. Kesibukan, kemacetan, atau malas antre menjadi alasan mereka ogah mampir ke salon. Gejala inilah yang tercium oleh sejumlah orang bernaluri bisnis. Mereka menawarkan jasa salon panggilan ke rumah. Pangaduan Manurung, pemilik Duarte Salon, di Yogyakarta, salah seorang pengusaha kecil yang memanfaatkan situasi ini. Ia memulai usaha salon panggilan pada pertengahan 2008. Karena bosan menjadi pekerja di salon orang lain, dia menggandeng teman untuk membuka usaha ini. Keterbatasan modal mendorong mereka memilih jasa salon panggilan di awal usaha. Usaha nekat itu maju pesat. perempuan yang biasa disapa Duan ini menyatakan bisa balik modal dalam tempo setengah tahun. “Keuntungan salon panggilan lumayan. Karena mengerjakan layanan sendiri, margin bisa mencapai 80%,” ujar dia.Padahal, di lain sisi, Duan berani mematok tarif dua sampai tiga kali lipat lebih mahal ketimbang tarif normal di salon. Ambil contoh, dia memasang tarif potong rambut Rp 30.000, padahal tarif layanan serupa di salon hanya Rp 15.000. Sekarang, sebagai juragan, Duan tidak lagi melayani pelanggan dari rumah ke rumah. Dia sudah mempekerjakan 20 orang karyawan. Meski begitu keuntungan wanita berumur 27 tahun ini tak lantas surut drastis. Omzet Duarte Salon dari jasa salon panggilan minimal Rp 15 juta per bulan. Dari omzet sebesar itu Duan harus membayar komisi bagi karyawan yang datang ke rumah pelanggan sebesar 30% serta biaya operasional, peralatan, dan bahan sekitar 40%. Ujung-ujungnya Duan masih bisa mengantongi laba 30% dari omzet per bulan. Kelebihan lain bisnis ini, kata pemilik Salon ke Rumah, Melok Siti, adalah jam kerja fleksibel. “Kalau jadwal sudah penuh, permintaan bisa ditolak atau diatur ulang,” kata Melok yang memulai usaha ini di Jakarta sejak tujuh tahun silam. Melok yang kini berusia mendekati kepala enam ini dibantu tiga orang asisten. Dari bisnis ini, omzetnya Rp 10 juta–Rp 11 juta sebulan dengan keuntungan antara 30%–35%. “Saya lupa sejak kapan balik modal,” ujarnya tersenyum.Memulai bisnis ini tak melulu harus mengerti kecantikan atau perawatan tubuh. Loise Michelle, 30 tahun, bisa menjadi contoh. Semula pendiri Mobila Spa di Jakarta ini awam dengan dunia salon. Tapi, seorang teman yang berprofesi sebagai terapis mengajak Michelle dan suami membuka bisnis perawatan tubuh panggilan, Mei tahun 2008. Agak berbeda dengan salon panggilan lain, Mobila Spa tak melayani jasa stylist, tapi perawatan tubuh, seperti pijat tradisional, pijat hamil, pijat bayi, lulur, dan refleksi. Saat ini Mobile Spa memiliki dua mes untuk menampung 20 terapisnya di Palmerah dan Cilandak.Dengan jumlah pelanggan rata-rata 15–20 orang per hari, omzet Mobila Spa per bulan bisa mencapai Rp 50 juta. Pendapatan itu akan dipotong gaji terapis Rp 15 juta, gaji pembantu, sopir, dan operator Rp 6 juta, bahan-bahan Rp 1 juta. Dikurangi lagi sewa mes, kantor, serta biaya-biaya lain, seperti bensin, listrik, dan air. Biasanya keuntungan bersih yang bisa dikantongi Michelle mencapai 30% dari omzet.Lain lagi dengan Dea Shanta Pariuri di Jakarta. Usaha perawatan tubuh panggilan miliknya, Dshome Spa, bukanlah bisnis utama. Awalnya, Dea adalah distributor alat pelangsing tubuh. “Saya melakukan kunjungan ke rumah karena pelanggan yang membeli alat itu malas melakukan sendiri,” urai Dea. Dea pun memperluas layanan ke jasa rias dan salon panggilan. Omzet bulanan bisnis wanita berusia 30 tahun itu mencapai Rp 10 juta, sekitar 70% berasal dari jasa pelangsingan tubuh. Sayang, Dea enggan memberi tahu berapa keuntungannya. Tertarik? Nah, agar tak salah langkah, ada beberapa persiapan yang perlu Anda perhatikan.

Modal dan peralatan Biaya terbesar membuka salon kecantikan terletak pada sewa gedung. Karena itu, modal salon panggilan lebih enteng karena usaha bisa dijalankan dari rumah, tanpa perlu menyewa tempat.Tapi, tentu saja, Anda tetap harus menyediakan peralatan utama sesuai jasa yang Anda tawarkan. Ambil contoh, agar dapat memberikan layanan potong rambut, Anda perlu membeli satu set alat menggunting rambut. Demikian pula dengan alat catok atau pelurusan, pewarnaan, sampai hair extension. Peralatan make up lengkap juga harus ada untuk jasa rias. Adapun untuk perawatan, perlengkapan dibutuhkan untuk lulur, facial, pijat, totok, dan refleksi. Handuk badan, handuk rambut, dan kain juga harus tersedia.Duan mengeluarkan modal Rp 10 juta untuk membeli peralatan rambut dan make up. “Saya membeli peralatan dan make up yang bagus agar hasilnya bagus dan pelanggan puas. Jadi agak mahal,” jelas dia.Adapun modal awal Michelle Rp 15 juta. Sebagian besar dialokasikan ke sewa rumah dan mencicil sepeda motor. “Karena mobile, terapis butuh kendaraan untuk menyambangi pelanggan,” urainya. Keahlian & layananHal lain yang perlu diperhatikan di bisnis ini adalah keahlian dan layanan yang diberikan. Kalau tidak punya keahlian, sebaiknya Anda memiliki pengetahuan soal kecantikan dan perawatan tubuh. Jadi, Anda bisa menyeleksi dan mendapat pekerja yang betul-betul ahli.Soal layanan, semakin beragam yang bisa Anda berikan, peluang mendapat banyak pelanggan pun semakin besar. Duan bilang, pelanggan biasanya tidak cuma sekadar ingin potong rambut. “Mereka juga ingin mendapatkan layanan yang lengkap sama seperti kalau mereka datang ke salon biasa,” ujarnya.Duan sendiri selain menyediakan jasa potong rambut, juga creambath, pelurusan rambut, pewarnaan rambut, hair extension, manicure-pedicure, facial, rias wajah, pijat, dan lulur.Salon ke Rumah milik Melok juga menyediakan layanan yang sama. Tapi, dia menambah dengan layanan masker dan totok wajah. Spesialis Melok lainnya adalah rias pengantin. “Biasanya pelanggan mengambil paket, facial, masker, lulur, dan totok wajah,” tambah dia.Di Mobila Spa, beragam jenis perawatan tubuh disediakan. Mulai dari pijat, lulur biasa, sampai body butter, body mask, dan body scrub. Layanan lain, face accupressure, spa anak, ratus, pijat bayi, pijat kehamilan, dan refleksi. Adapun Dshome Spa milik Dea menawarkan tiga jenis layanan, yaitu paket slimming, salon, dan rias pengantin. Untuk paket salon, jenisnya sama dengan salon lain. Tapi salon ini punya tambahan, yakni ear candle therapy atau pembersihan telinga.Karena tarif yang relatif lebih mahal ketimbang salon biasa, segmen salon dan perawatan tubuh panggilan ini biasanya kalangan menengah atas. Soal harga mereka tidak terlalu mempersoalkan. Makanya, para pemilik salon panggilan ini sepakat bahwa pelayanan berkualitas menjadi syarat utama keberhasilan. “Jangan lupa ketepatan waktu kita datang ke rumah pelanggan,” kata Dea.Target pasarUmumnya, para pemilik salon panggilan ini mengandalkan promosi dari mulut ke mulut. Pelanggan yang puas dengan layanan mereka biasanya akan merekomendasikan ke teman atau saudara mereka.Sarana promosi lain adalah internet. Kebanyakan dari pelaku usaha ini memiliki website sendiri untuk mempromosikan usaha mereka. Walau cukup membantu, tapi menurut para pemilik bisnis ini, yang paling manjur tetap promosi berantai dari pelanggan mereka.Tapi, demi efisiensi waktu dan biaya, mereka tetap membatasi wilayah operasional. Michelle, misalnya, hanya melayani wilayah order si seputar Jakarta Selatan. Jangkauan operasi Molek lebih luas lagi, yakni wilayah Jakarta dan sekitarnya, termasuk Tangerang. Nah, Dea lebih fokus, membidik para penghuni apartemen di Jakarta.Nah, kalau kini sudah merasa paham seluk-beluk bisnis ini, Anda bisa memulainya segera. Selamat mencoba dan semoga beruntung.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News


Editor: Tri Adi