KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Lesunya industri semen dalam negeri tidak mempengaruhi kinerja bisnis PT Semen Baturaja Tbk. Penjualan semen oleh emiten berkode saham SMBR di Bursa Efek Idonesia (BEI) ini diprediksi terus meningkat. Rahmad Pribadi, Direktur Utama SMBR menjelaskan pertumbuhan volume penjualan SMBR sampai dengan Juli tahun ini adalah yang terbaik diantara
cement listed company yang lain. "Kami yakin pertumbuhan penjualan semen, pendapatan dan juga EBITDA marjin kami lebih unggul dari industri," kata Rahmad, usai papaaran publik di gedung BEI, Senin (27/8).
Secara kumulatif, sampai dengan bulan Juli 2018 penjualan semen SMBR telah mencapai 1.058.231 ton atau tumbuh 36% secara tahunan.
Market share Perseroan mengalami peningkatan di seluruh wilayah pemasaran seperti di Sumatera Selatan sebesar 53,3% dari sebelumnya 48,9%. Di Lampung, Perseroan telah menjadi
market leader untuk yang pertama kali dalam lima tahun terakhir dengan porsi sebesar 24,4%. Sementara
market share di Jambi melonjak dua kali lipat menjadi 12,1% dibanding tahun lalu sebesar 6,9%. Bengkulu juga mengalami peningkatan
market share menjadi 6,1% dari sebelumnya 4,5%. SMBR sejak akhir tahun lalu juga sudah memasuki area pemasaran baru di Bangka Belitung dan saat ini telah menguasai 5,6% pangsa pasar. Pertumbuhan volume penjualan SMBR akan terus berjalan seiring dengan peningkatan jumlah armada truk dan tambahan kuota pengiriman semen dengan kereta api. Melihat kondisi tersebut SMBR mematok prognosa pertumbuhan penjualan semennya naik 32% di tahun ini. Adapun sepanjang 2017 volume penjualan perseroan naik 8% dibandingkan tahun sebelumnya menjadi 1,76 juta ton. "Permintaan di area Sumatera bagian selatan saat ini kami fokuskan karena terus meningkat seiring pembangunan infrastruktur," jelas Rahmad. Catatan saja, Semen Baturaja saat ini memiliki kapasitas produksi semen sebesar 3,85 juta ton per tahun setelah beroperasinya Pabrik Baturaja II yang memiliki kapasitas produksi semen sebesar 1,85 juta ton per tahun tahun pada September tahun lalu. Dengan adanya pabrik baru maka Perseroan menargetkan untuk terus meningkatkan volume penjualan untuk meningkatkan utilisasi pabrik yang ditargetkan tahun ini dapat mencapai 60%-65% dari total kapasitas produksi semen Perseroan. Hanya saja kenaikan penjualan tak diiringi dengan laba bersih. Rahmad mengaku tahun ini akan ada koreksi laba bersih mencapai 12% dibanding periode sama tahun lalu. "Hal ini mengingat ada beban bunga dari pembangunan pabrik Baturaja dua, tapi kami yakin EBITDA kami akan tumbuh 46% dibanding tahun lalu," jelasnya. Akuisisi Tambang Batubara Semen Baturaja memiliki lokasi strategis dalam penjualan maupun sumber bahan baku. Memanfaatkan posisi strategis tersebut mereka berencana memperkuat sumber energi sendiri. Rahmad Pribadi, Dirut SMBR menjelaskan, saat ini lokasi pabrik perusahaan dekat dengan tiga bahan baku utama semen. Yakni kapur, tanah liat dan batubara. Hanya saja, dari catatan Kontan.co.id komponen batubara mencuil porsi cukup besar yakni 30%–40% terhadap total biaya produksi.
Adapun target lokasi akuisisi tambang batubara Semen Baturaja di Sumatra Selatan. "Akhir tahun ini kami harap sudah selesai proses akuisisinya dan tahun depan 50% kebutuhan batubara kami akan diambil dari tambang tersebut," jelas Rahmad. Dalam laporan paparan publik Semen Baturaja sedang dilakukan pembicaraan dengan dua tambang batubara. Mereka sengaja menyiapkan dana belanja modal atawa
capital expenditure (capex) sebesar Rp 300 miliar. "Tapi
human resource tidak akan kami tambah. Melainkan kami geser tenaga dari tim kapur ke batubara tersebut," jelasnya. Tahun ini SMBR menyiapkan dana penambahan aset rutin Rp 38,8 miliar. Adapun total capex tahun ini sebesar Rp 587 miliar dan sudah digunakan sebanyak Rp 103,3 miliar. Cek Berita dan Artikel yang lain di
Google News Editor: Handoyo .