KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Kendati pembatasan sosial berskala besar (PSBB) telah dilonggarkan, permintaan kawasan industri diprediksi masih tertahan. Wakil Ketua Umum Kadin Indonesia Bidang Pengembangan Kawasan Ekonomi Sanny Iskandar menyebutkan perubahan pola dalam hal pertemuan langsung menjadi menggunakan sarana virtual menjadi salah satu faktor permintaan kawasan industri masih akan tertahan.
Baca Juga: Pemangkasan suku bunga BI dinilai belum mampu dorong penguatan IHSG "Walaupun bisa melalui sharing video ataupun gambar, tetapi cukup sulit apalagi investasi yang akan ditanamkan besar," tuturnya kepada kontan.co.id, Kamis (18/6). Dengan situasi saat ini, ia belum bisa memprediksi permintaan kawasan industri kembali normal. Oleh sebab itu, saat ini perekonomian Indonesia bergantung pada triwulan III dan IV. "Triwulan II sudah pasti anjlok dibandingkan kuartal I yang mencatatkan pertumbuhan ekonomi 2,97%," tuturnya. Sanny yang juga menjabat sebagai Ketua Umum HKI (Himpunan Kawasan Industri Indonesia) menambahkan bahwa walaupun terjadi penundaan masuknya komitmen invsetor tetap ada. Bahkan, sudah ada beberapa yang melakukan
closing karena telah melakukan survei sebelum pandemi virus corona. Sayangnya, ia tak bisa membeberkan secara rinci. Yang jelas, tren komitmen investor yang masuk dari industri yang berkaitan dengan data center. Selain itu, ada beberapa industri komponen otomotif. "Karena memang perusahaan asemblingnya, Hyundai dari Korea sudah masuk di Kota Deltamas sehingga beberapa industri pendukungnya sedang melakukan penjajakan juga," tuturnya.
Baca Juga: Pendapatan unit properti Surya Semesta Internusa (SSIA) tumbuh 20% di kuartal I-2020 Dari sisi wilayah, daerah Bekasi dan Karawang menjadi lokasi yang lebih banyak dilirik investor. Hal tersebut tak lepas dari tren industri dari
data centre yang lebih banyak masuk saat ini. Oleh sebab itu, investor melirik kawasan yang memiliki fasilitas
high technology, power suply yang baik, dan kualitas sumber daya manusia yang mumpuni. "Daerah Jawa Tengah juga ada beberapa seperti industri padat karya yang berorientasi pada kuantitas sumber daya manusia seperti industri farmasi,
footwear, dan tekstil," tutupnya. Cek Berita dan Artikel yang lain di
Google News Editor: Handoyo .