KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Reksadana dengan aset yang berada di luar negeri alias reksadana
offshore berpotensi mengungguli produk dalam negeri. Tetapi investor perlu mencermati sejumlah faktor. Senior Vice President, Head of Retail, Product Research & Distribution Division Henan Putihrai Asset Management (HPAM), Reza Fahmi menjelaskan bahwa pergerakan saham di luar negeri, terutama Amerika Serikat (AS) bergerak signifikan menguat. "Kinerja saham di AS yang solid, terutama sektor teknologi, juga berkontribusi pada kinerja positif reksadana
offshore," kata Reza kepada KONTAN, Rabu (17/12).
Selain itu, penguatan dolar terhadap rupiah juga memberikan keuntungan bagi reksadana
offshore berbasis dolar AS. Namun perlu dicermati, Reza bilang penguatan dolar mungkin tidak akan berkepanjangan dan tergantung pada kebijakan moneter dan kondisi ekonomi global. Oleh sebab itu, investor perlu mencermati juga pergerakan nilai tukar rupiah.
Baca Juga: Prospek Reksadana Offshore Diproyeksi Cerah Akibat Penguatan Dolar dan Indeks AS Di sisi lain, investor juga perlu memperhatikan sejumlah sentimen yang mendorong prospek kinerja reksadana
offshore ke depan. Misalnya kondisi ekonomi global yang stabil atau sedikit membaik, penurunan suku bunga oleh Federal Reserve (The Fed) yang dapat mendorong pertumbuhan ekonomi dan pasar saham. Selain itu, stimulus ekonomi besar dari negara-negara besar seperti China juga perlu diperhatikan. Terutama apabila alokasi dana ke saham China. Sementara itu, Direktur Panin Asset Management (Panin AM) Rudiyanto mengatakan reksadana
offshore bergantung pada ekonomi negara yang dipilih oleh manajer investasi, karena ada yang berinvestasi di AS, China, India, Asia Pasifik dan sebagainya. Untuk reksadana yang berbasis di saham AS, Rudi mengatakan kemenangan Trump akan berdampak positif bagi kinerja saham dan perusahaan-perusahaan negeri Paman Sam tersebut. Ini karena kebijakan Trump yang menganut
American First sehingga dolar cenderung menguat karena antisipasi inflasi akan tinggi dengan rencana tarifnya.
Baca Juga: Bidik AUM Rp 4,5 Trilliun, KISI AM Fokus Reksadana Pendapatan Tetap dan Pasar Uang "Selain faktor Trump, Amerika juga merupakan kumpulan perusahaan terbesar dunia dan pusat teknologi dengan inovasinya," ujar Rudi kepada Kontan.co.id, Rabu (18/12). Kendati demikian investor tetap perlu mencermati perihal kurs. Rudi bilang, ada skenario lain yang membuat inflasi berpotensi turun yakni dengan kebijakan Trump melakukan penurunan harga BBM dan tarif listrik. Hal ini kemudian menyebabkan dolar AS melemah. CEO Pinnacle Investment, Guntur Putra menambahkan, proyeksi penguatan dolar AS dan saham US memang memberikan sentimen positif bagi reksadana offshore. Apalagi ditopang dengan kondisi perekonomian global yang solid, terutama di negara-negara maju, akan mendorong kinerja reksadana offshore.
Baca Juga: Properti Dominasi Investasi Bambang Brodjonegoro Namun, perlu diingat bahwa pasar keuangan bersifat dinamis dan banyak faktor lain yang dapat memengaruhi kinerja. "Meskipun dolar AS dan saham AS menarik, diversifikasi portofolio ke berbagai aset dan negara tetap penting untuk meminimalkan risiko secara keseluruhan," kata Guntur kepada Kontan.co.id, Rabu (18/12). Di samping itu kebijakan moneter bank sentral, terutama The Fed, akan sangat memengaruhi pergerakan pasar keuangan global. Di Pinnacle, produk reksadana
offshore mencatatkan kinerja yang sangat solid. Produknya adalah KPD
offshore dengan fokus dalam saham AS, imbal hasilnya mencapai 22,4% secara YTD per 13 Desember 2024.
Sedangkan di Panin AM, produk reksadana
offshore adalah Panin Global Sharia Equity Fund dengan imbal hasil 23.16% dalam setahun terakhir.
Cek Berita dan Artikel yang lain di
Google News Editor: Wahyu T.Rahmawati