Walkot Surabaya laporkan korupsi kebun binatang



JAKARTA. Wali Kota Surabaya Tri Rismaharini mendatangi Kantor Komisi Pemberantasan Korupsi (KPK), Jakarta, Senin (20/1). Risma datang untuk melaporkan dugaan korupsi di Kebun Binatang Surabaya (KBS) yang menurutnya dilihat dari hilangnya sebanyak 420 binatang langka yang ada di sana.

"Begini, Kebun Binatang Surabaya itu dulu dikelola oleh Perkumpulan Taman Satwa. Nah, kemudian habis itu ya kalau ada kematian wajar, tapi tidak pernah ada yang hilang di kebun binatang kami. Setelah era terahkir, kami kehilangan 420 binatang langka," kata Risma kepada wartawan setibanya di Kantor KPK, Jakarta, Senin (20/1).

Lebih lanjut Risma mengindikasikan hilangnya binatang langka tersebut ditukarkan dengan beberapa fasilitas seperti mobil dan bangunan. Hal tersebut menurut pengamatan Risma, terjadi setelah pengelolaan KBS diambil alih oleh Pemerintah Kota Surabaya. Namun menurut Risma, dalam Peraturan Perundang-Undangan, tidak bisa binatang dipertukarkan


"Direksi kami diminta menyerahkan, saya bilang enggak bisa. Karena dalam Peraturan Perundang-undangan tidak ada pergantian binatang, Maksudnya binatang tak bisa ditukar dengan innova, dan bangunan, tapi kalau pertukaran (binatang) bisa. Tapi harus ada izin presiden untuk binatang yang dilindungi," tambah Rini.

Risma menambahkan bahwa sebenarnya dirinya telah melaporkan hal tersebut ke beberapa pihak. Risma pun khawatir kasus hilangnya dan matinya binatang langka di KBS tersebut menjadi sorotan media asing apalagi membawa-bawa nama negara.

"Yang mati saya laporkan. Sebetulnya sudah lama laporkan ke KPK, datanya ada. Awalnya sebelum diserahkan, ada nama tapi saya tak bisa sampaikan (ke media)," ujar Risma.

Ketika ditanyai wartawan nilai total ketugian dari pertukaran tersebut. Hanya saja, kata dia, binatang yang hilang antara lain Jalak Bali dan Komodo. "Kira-kira saja, Jalak bali itu kecil sekitar Rp 50-100 juta. Kalau 50 ekor berapa? Komodo nilainya antara Rp 600-900 juta, ada dua hilang," ungkap Risma.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Editor: Dikky Setiawan