KONTAN.CO.ID - NEW YORK. Data teranyar pertumbuhan pasar tenaga kerja Amerika Serikat (AS) yang melambat menekan bursa Wall Street. Indeks bursa Wall Street pun memerah di akhir pekan, Jumat (4/8). Penurunan saham Apple juga menekan Wall Street setelah laporan laba mengecewakan dari Apple. Jumat (4/8), Dow Jones Industrial Average turun 150,27 poin atau 0,43% menjadi 35.065,62, S&P 500 kehilangan 23,86 poin atau 0,53% menjadi 4.478,03. Indeks Nasdaq Composite turun 45,18 poin atau 0,32% menjadi 13.914,54.
Saham Apple turun 4,8%, persentase penurunan harian terbesar sejak 29 September 2022 dan menekan indeks S&P 500 sekitar 16 poin, sehari setelah pembuat iPhone itu memperkirakan penurunan penjualan yang berkelanjutan. Sebagian penyeimbang anjloknya Apple di indeks S&P 500 dan Nasdaq adalah saham Amazon.com. Saham Amazon.comĀ naik 8,3% sehari setelah pengecer online itu mengeluarkan prospek kuartal ketiga yang optimis. Kenaikan saham Amazon menyumbang 11 poin positif untuk indeks S&P 500. "Apple benar-benar berpotensi menyebabkan kegelisahan investor meskipun secara keseluruhan lintasan dan arah ekonomi dan pendapatan Apple tampaknya bergerak positif menuju Agustus." Kata Greg Bassuk, CEO AXS Investments di New York seperti dikutip
Reuters.
Baca Juga: Penurunan Penjualan Apple Diperkirakan Berlanjut di Kuartal Selanjutnya Di pasar obligasi, imbal hasil US Treasury 10-tahun sedikit lebih rendah pada perdagangan sore. "Masih ada banyak ketidakpastian seputar kekhawatiran geopolitik, perang Ukraina, (dan) masalah China", kata Bassuk. Dia mengatakan, penurunan Wall Street di hari Jumat lebih karena investor mengatur ulang dan memposisikan diri untuk potensi penurunan. Data terbaru Departemen Tenaga Kerja AS juga menekan Wall Street. Departemen Tenaga Kerja AS melaporkan bahwa pemberi kerja AS menambahkan 187.000 pekerjaan pada bulan Juli. Data penambahan bulan Juni direvisi lebih rendah menjadi 185.000 pekerjaan, dari 209.000 yang dilaporkan sebelumnya. Penghasilan per jam rata-rata naik 0,4% pada bulan Juli, tidak berubah dari bulan sebelumnya, melebihi ekspektasi, menjadikan kenaikan upah tahun-ke-tahun menjadi 4,4%.
Persentase penurunan mingguan untuk S&P dan Nasdaq adalah yang terbesar sejak Maret 2023. Beberapa investor mengambil untung setelah lima bulan naik karena data ekonomi, laba yang mengecewakan, dan meningkatnya imbal hasil Treasury. Dari 422 perusahaan di S&P 500 yang telah melaporkan pendapatan kuartalan hingga Jumat, 79,1% telah melampaui ekspektasi otonom, menurut data Refinitiv.
Baca Juga: India Membatasi Impor Laptop, Tablet hingga Server, Ada Apa? Cek Berita dan Artikel yang lain di
Google News Editor: Khomarul Hidayat