KONTAN.CO.ID - NEW YORK. Wall Street ditutup dekat rekor tertinggi dalam perdagangan tipis yang dilakukan di hari terakhir tahun 2021, menandai tahun kedua pemulihan dari pandemi global. Bahkan, ketiga indeks saham utama AS mencetak kenaikan secara bulanan, triwulanan, dan tahunan pada sesi ini. Di mana, bursa saham Amerika Serikat (AS) itu mencetak kenaikan tiga tahun terbesar sejak 1999. Jumat (31/12), indeks Dow Jones Industrial Average ditutup turun 59,78 poin atau 0,16% ke 36.338,3, indeks S&P 500 melemah 12,55 poin atau 0,26% menjadi 4.766,18 dan indeks Nasdaq Composite koreksi 96,59 poin atau 0,61% ke 15.644,97.
Volume di bursa AS pada perdagangan terakhir tahun 2021 itu adalah 7,6 miliar saham. Jauh di bawah rata-rata untuk sesi penuh selama 20 hari perdagangan terakhir yang capai 10,55 miliar. Dari 11 sektor utama di indeks S&P 500, sektor kebutuhan pokok konsumen naik paling tinggi di sesi tersebut. Sementara itu, sektor layanan komunikasi mengalami penurunan persentase terbesar.
Baca Juga: Wall Street Ditutup Koreksi, Volume Perdagangan Tipis Jelang Tutup Tahun Walau melemah di perdagangan terakhir ini, indeks S&P 500 sudah melesat naik 27% sepanjang tahun 2021. Hingga Kamis (30/12), indeks acuan ini telah mencatat 70 penutupan rekor tertinggi, atau yang kedua terbanyak. Berdasarkan data Refinitiv, sejak tahun 1928, penutupan rekor tertinggi untuk indeks S&P 500 dalam satu tahun adalah 77, yang terjadi pada tahun 1995 silam. Sementara itu, indeks Dow naik 18,73% untuk tahun ini dan Nasdaq melesat 21,4% di tahun 2021. Perusahaan, konsumen, dan ekonomi yang lebih luas dan sebagian besar berkembang pesat pada tahun 2021. Itu terjadi setelah semuanya merasakan jalan yang lebih jelas termasuk perpindahan kekuasaan penuh gejolak yang ditandai oleh kerusuhan Capitol 6 Januari. Sepanjang tahun ini, ada sejumlah katalis yang mewarnai pergerakan saham AS. Seperti fenomena "stok meme", varian Covid-19 baru, kekurangan tenaga kerja, stimulus fiskal/moneter yang besar, rantai pasokan yang tertatih-tatih, permintaan yang meningkat dan lonjakan harga yang diakibatkannya. "Apa yang menonjol bagi kami tahun ini di antara semua hal negatif, adalah ketahanan Perusahaan Amerika," kata Ryan Detrick,
Chief Market Strategist LPL Financial di Charlotte, North Carolina. "Dalam lautan ketidakpastian dan harga yang lebih tinggi, Anda harus sangat terkesan dengan betapa gesit dan adaptifnya Perusahaan Amerika untuk mencapai pertumbuhan pendapatan 45% di tahun yang sangat sulit," lanjut Detrick.
Baca Juga: Ribuan Anak di AS Terpapar Omicron, Begini Gejala Varian Menular Itu pada Anak-Anak Memang, hasil pendapatan dari perusahaan dalam indeks acuan S&P 500 melampaui perkiraan analis untuk memberikan pertumbuhan tahunan dalam tiga kuartal pertama di 2021, masing-masing 52,8%, 96,3% dan 42,6%. Refinitiv pun memprediksi, pertumbuhan pendapatan tahunan pada kuartal IV-2021 pun mencapai 22,3%. Energi, real estat dan microchip serta sektor-sektor yang terkait dengan pemulihan ekonomi dan permintaan yang meningkat, termasuk di antara kinerja terbaik tahun 2021, dengan kenaikan 31%. Realisasi itu mengungguli kenaikan 22% dalam rata-rata kenaikan bursa saham. Saham teknologi terkemuka dan saham megacap yang berdekatan dengan teknologi, yang mengungguli pasar yang lebih luas pada tahun pertama krisis kesehatan global, cenderung naik lebih lamban karena ekonomi perlahan dibuka kembali dan vaksin dikerahkan. Indeks NYSE FANG+, kelompok 10 saham dengan bobot yang sama, mencatatkan kenaikan hampir 20% pada tahun ini. Induk Google Alphabet Inc membukukan kenaikan tahunan terbesar di antara konstituen NYSE FANG+, dan menikmati tahun terbaiknya sejak 2009. Indeks Dow Transports, yang dianggap oleh banyak orang sebagai barometer kesehatan ekonomi, mencatatkan kenaikan tahunan lebih dari 31% di tahun 2021.
Baca Juga: Joe Biden ke Vladimir Putin: Perang Nuklir Tidak Bakal Terjadi Imbal hasil Treasury yang terus meningkat, bersama dengan pergeseran
hawkish baru-baru ini dari Federal Reserve, yang sekarang memperkirakan sebanyak tiga kenaikan suku bunga di tahun mendatang, telah mendukung sektor keuangan yang sensitif terhadap suku bunga yang naik hampir 33% sepanjang tahun lalu.
Pandemi Covid-19, yang muncul di awal tahun 2020 dan memicu kontraksi ekonomi tercepat dan paling tajam dalam sejarah, terus berlanjut, menekan saham-saham terkait perjalanan. Alhasil, indeks S&P 1500 Airlines berakhir sebagai salah satu dari sedikit sektor yang merugi tahun ini dengan penurunan tahunan hampir 2%. Tetapi data awal menunjukkan, varian Omicron, yang telah menyebabkan lonjakan tiba-tiba dalam infeksi global, kurang ganas daripada pendahulunya dan data ekonomi semakin menunjukkan kembalinya kehidupan normal, dua tahun setelah kasus pertama COVID-19 dilaporkan. Cek Berita dan Artikel yang lain di
Google News Editor: Anna Suci Perwitasari