Wall Street ambles, kekhawatiran lonjakan baru Covid-19 picu aksi jual besar-besaran



KONTAN.CO.ID - NEW YORK. Wall Street ambles pada penutupan perdagangan kali ini. Indeks S&P 500 dan indeks Nasdaq mengalami penurunan persentase satu hari terbesar sejak pertengahan Mei. Sedangkan bagi indeks Dow Jones, sesi ini menjadi hari terburuk dalam hampir sembilan bulan.

Senin (19/7), indeks Dow Jones Industrial Average ditutup anjlok 725,81 poin atau 2,09% menjadi 33.962,04, indeks S&P 500 ambles 68,67 poin atau 1,59% menjadi 4.258,49 dan indeks Nasdaq Composite turun 152,25 poin atau 1,06% menjadi 14.274,98.

Semua sektor utama di S&P 500 ditutup di wilayah negatif. Di mana, saham sektor energi yang terbebani oleh jatuhnya harga minyak mentah, turun 3,6%, hari terburuk sejak Maret.


Sementara itu, saham sektor perjalanan dan hiburan jatuh, dengan indeks S&P 1500 Airline koreksi 3,8% dan indeks S&P 1500 Hotel and Restaurant tertekan 2,7%.

Baca Juga: Bursa Wall Street anjlok lebih dari 1% setelah kasus Covid-19 global melonjak

Indeks Volatilitas CBOE, ukuran kecemasan investor, naik 4,1 poin menjadi 22,50, level penutupan tertinggi dalam dua bulan.

Tekanan pada bursa saham Amerika Serikat (AS) datang karena kekhawatiran terkait lonjakan infeksi varian Delta yang akhirnya memicu aksi jual luas di awal pekan ini. Investor pun berfikir akan ada penutupan baru yang membuat pemulihan ekonomi yang berlarut-larut.

Sentimen risk-off juga membuat imbal hasil obligasi AS merosot. Hal ini membuat harga saham perbankan yang sensitif terhadap suku bunga melorot. Buktinya, indeks S&P 500 Banks turun 3,3%.

"Sebagian besar terkait dengan Delta (varian)," kata Paul Nolte, Portfolio Manager Kingsview Asset Management di Chicago. 

"Ada beberapa kekhawatiran juga bahwa mungkin ekonomi tidak akan terbuka secepat yang dipikirkan semua orang, dan ledakan besar ekonomi yang diharapkan semua orang akan lebih merupakan kenaikan tipis dibandingkan lonjakan tajam," tambah Nolte.

Varian Delta yang sangat menular, sekarang menjadi jenis dominan di seluruh dunia, telah menyebabkan lonjakan infeksi dan kematian baru. Hal tersebut, mayoritas  terjadi di antara orang yang tidak divaksinasi.

"Ketersediaan vaksin secara global telah menjadi masalah sejak hari pertama. Itu sudah ada sejak lama. Ini adalah literasi terbaru dari itu. Jalan kita masih panjang," ujar Nolte. 

Di sisi lain, musim pelaporan pendapatan untuk kuartal kedua sedang berlangsung, dengan 41 perusahaan pada indeks S&P 500 telah melaporkan. Menurut data Refinitiv, dari jumlah tersebut, 90% telah mengalahkan perkiraan konsensus.

Baca Juga: Ada 17 saham yang masuk daftar efek dalam pemantauan khusus BEI, saham apa saja?

Di antara nama-nama terkenal seperti Netflix, Twitter, Johnson & Johnson, United Airlines dan Intel, bersama dengan sejumlah industri dari Honeywell hingga Harley-Davidson akan mengumumkan kinerja pada minggu ini.

Analis sekarang melihat pertumbuhan pendapatan indeks S&P 500 secara tahunan naik 72% untuk periode April hingga Juni. Proyeksi ini jauh lebih tinggi dari perkiraan pertumbuhan 54% secara tahunan yang diperkirakan pada awal kuartal.

Kinerja International Business Machines Corp mengalahkan perkiraan pendapatan kuartalan berdasarkan kekuatan segmen komputasi awannya. Alhasil, sahamnya berhasil naik lebih dari 3% dalam perdagangan setelah jam kerja.

Sementara itu, Zoom Video Communications Inc mengumumkan kesepakatan semua saham senilai $14,7 miliar untuk membeli operator pusat panggilan berbasis cloud Five9 Inc. Namun, hal itu membuat saham penyedia layanan telekonferensi turun 2,1%, sedangkan saham Five9 malah melonjak 5,9%.

Selanjutnya: Brunei larang kedatangan dari Indonesia!

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Editor: Anna Suci Perwitasari