Wall Street Ambruk pada Jumat (15/11) Karena Penurunan Suku Bunga Akan Lebih Lambat



KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Tiga indeks utama Wall Street kompak turun menjelang akhir pekan. Indeks saham Wa Pernyataan Powell mengangkat imbal hasil obligasi dan menekan saham-saham yang sensitif terhadap suku bunga.

Jumat (15/11) pukul 22.04 WIB, Dow Jones Industrial Average turun 0,58% ke 43.497. Indeks S&P 500 melorot 0,92% ke 5.893. Sedangkan Nasdaq Composite ambruk 1,48% ke 18.821.

Dalam pidatonya pada hari Kamis, Powell merujuk pada pertumbuhan ekonomi yang berkelanjutan, pasar kerja yang solid, dan inflasi di atas target Fed sebesar 2% sebagai alasan bank sentral mampu berhati-hati saat menentukan kecepatan dan ruang lingkup pemangkasan suku bunga ke depannya.


Imbal hasil Treasury AS naik secara luas setelah komentar Powell. Sementara indeks utama Wall Street ditutup lebih rendah.

Baca Juga: Jerome Powell: Federal Reserve Tidak Terburu-buru Menurunkan Suku Bunga Lagi

Para pelaku pasar meningkatkan taruhan bahwa Fed akan mempertahankan suku bunga pada pertemuan Desember. Peluang The Fed menahan suku bunga naik menjadi 45%, dibandingkan dengan 14% sebulan lalu, menurut CME FedWatch. Para pelaku pasar kini hanya memperkirakan sekitar 71 basis poin dari total penurunan suku bunga pada akhir tahun 2025, menurut perhitungan LSEG.

Laporan Departemen Perdagangan AS menunjukkan penjualan ritel naik 0,4% pada bulan Oktober secara bulanan. Angka ini lebih tinggi jika dibandingkan dengan estimasi kenaikan 0,3%, menurut ekonom yang disurvei oleh Reuters.

"Angka penjualan ritel secara keseluruhan cukup bagus. Itulah yang dibicarakan Powell kemarin, di mana jika ekonomi terus cukup kuat dan inflasi mendekati target, mereka mampu bersabar dan melambatkan pemotongan suku bunga daripada yang diperkirakan sebelumnya," kata Mike Dickson, kepala penelitian dan strategi kuantitatif di Horizon Investments seperti dikutip Reuters.

Ketiga indeks saham utama AS menuju penurunan mingguan. Reli pasca-pemilu yang tajam gagal karena fokus pasar beralih ke keadaan ekonomi dan potensi risiko inflasi di bawah pemerintahan Donald Trump yang kedua.

Baca Juga: Wall Street Turun, Powell Meredam Harapan Pemangkasan Suku Bunga pada Desember

Namun, pasar saham AS menyaksikan arus masuk yang kuat dalam seminggu hingga 13 November. Ada optimisme bahwa kembalinya Trump ke Gedung Putih akan menguntungkan prospek pendapatan perusahaan.

Saham produsen vaksin merosot setelah Presiden terpilih memilih Robert F Kennedy Jr, yang telah menyebarkan informasi yang salah tentang vaksin, untuk mengepalai Departemen Kesehatan dan Layanan Kemanusiaan.

Harga saham BioNTech turun 3,7%, sementara Moderna dan Novavax turun lebih dari 2% dalam perdagangan prapasar. Harga saham Pfizer turun 1,3%.

Saham berkapitalisasi besar juga turun. Harga saham Nvidia turun 1%, Apple melemah 0,9% dan Alphabet turun 0,4%.

Baca Juga: The Fed Hawkish Lagi, Rupiah Melemah Selama Perdagangan Pekan Ini

Harga saham Applied Materials turun 8,6% setelah pemasok peralatan pembuat chip itu memperkirakan pendapatan kuartal pertama di bawah estimasi Wall Street pada hari Kamis.

Berkshire Hathaway milik Warren Buffett mengatakan pada hari Kamis bahwa mereka membuat investasi baru di Domino's Pizza dan menjual seluruh sahamnya di jaringan kosmetik Ulta Beauty.

Saham Domino naik 5%, sementara Ulta turun 5,5%.

Selanjutnya: Pasar Natar Diresmikan Menko Pangan, Kemendag Harapkan Bergerak Perdagangan Lampung

Menarik Dibaca: Memanfaatkan Cuan Reksadana dengan Fitur Dividen

Editor: Wahyu T.Rahmawati