Wall Street Anjlok Lebih dari 2% Usai The Fed Pangkas Suku Bunga 25bps



KONTAN.CO.ID - NEW YORK. Wall Street anjlok setelah Federal Reserve (The Fed) memangkas suku bunga sebesar 25bps dan proyeksi ekonomi bank sentral mengisyaratkan laju pemangkasan yang lebih lambat tahun depan.

Rabu (18/12), indeks Dow Jones Industrial Average ditutup anjlok 1.123,03 poin atau 2,58% ke 42.326,87, indeks S&P 500 melemah 178,57 poin atau 2,95% ke 5.872,03 dan indeks Nasdaq Composite ambles 716,37 poin atau 3,56% ke 19.392,69.

Dengan data ini, Dow mengalami penurunan selama 10 sesi berturut-turut, menandai penurunan harian terpanjang sejak penurunan 11 sesi pada Oktober 1974.


Meskipun terjadi penurunan baru-baru ini, Dow masih menguat hampir 15% pada tahun ini. Sedangkan indeks S&P masih naik sekitar 26% dan Nasdaq melonjak hampir 33%, sebagian besar terangkat oleh perusahaan teknologi dan antusiasme terhadap kecerdasan buatan, bersama dengan prospek lingkungan suku bunga yang lebih rendah dan baru-baru ini, harapan kebijakan deregulasi dari pemerintahan Presiden terpilih Donald Trump yang akan datang.

Pada sesi ini, bursa saham Amerika Serikat (AS) dipengaruhi keputusan The Fed yang pangkas suku bunga 25 bps ke kisaran 4,25%-4,50%. Dan dalam ringkasan proyeksi ekonomi (SEP) mengindikasikan akan melakukan pemotongan suku bunga sebesar setengah poin persentase pada akhir tahun 2025, mengingat pasar tenaga kerja yang solid dan terhentinya penurunan inflasi baru-baru ini.

Baca Juga: Indeks Saham Wall Street Mixed, Menunggu Keputusan Bunga The Fed Hari Ini (18/12)

"Jika Anda melihat perubahan pada pernyataan proyeksi ekonomi, mereka benar-benar tidak punya pilihan," kata Ellen Hazen, kepala strategi pasar di F.L.Putnam Investment Management di Wellesley, Massachusetts.

"Jadi saat Anda melihat semua perubahan yang mereka buat, sangat jelas bahwa ekonomi berjalan jauh lebih panas daripada proyeksi mereka sebelumnya. Dan itu pasti berkontribusi pada keinginan mereka untuk berpotensi berhenti."

Namun, investor juga waspada bahwa beberapa kebijakan yang diharapkan Trump, seperti tarif, dapat memicu kembali inflasi yang lebih tinggi.

Indeks Volatilitas Cboe - pengukur ekspektasi investor berbasis opsi untuk pergerakan pasar saham jangka pendek - melonjak sebanyak 8,0 poin ke level tertinggi empat bulan di 23,87.

Imbal hasil obligasi pemerintah AS bergerak naik setelah pernyataan tersebut karena obligasi acuan AS 10 tahun mencapai level tertinggi sejak 31 Mei di 4,51%.

"Imbal hasil obligasi 10 tahun merangkak naik, sekitar 4,5% dan khususnya level 5% yang menjadi masalah nyata bagi pasar ekuitas," kata Ross Mayfield, ahli strategi investasi di Baird di Louisville, Kentucky.

"Mungkin hambatan atau titik pertentangan yang paling jelas bagi pasar pada kuartal pertama tahun depan adalah apakah pasar menafsirkan kebijakan yang ada sebagai inflasi dan, atau, pro-pertumbuhan, kedua hal tersebut tertanam dalam obligasi 10 tahun."

Suku bunga yang lebih tinggi biasanya dilihat sebagai hambatan bagi pasar ekuitas, meningkatkan daya tarik aset yang kurang berisiko sekaligus menghambat kemampuan perusahaan untuk meningkatkan pendapatan.

Baca Juga: IHSG Turun 5 Hari Beruntun, Intip Peta Saham Big Cap Sebelum Buka Pasar Kamis (19/12)

Dari 11 sektor utama pada indeks S&P 500 ditutup melemah, dengan real estat dan konsumen diskresioner memimpin penurunan.

Saham terkait mata uang kripto anjlok, dengan kerugian yang meningkat setelah Powell mengatakan bank sentral tidak diizinkan memiliki bitcoin dan tidak berupaya mengubah undang-undang untuk melakukannya. 

Ada spekulasi bahwa pemerintahan Trump yang baru mungkin berupaya membangun saham milik pemerintah atas aset tersebut. Miscrostrategy, MARA Holdings, dan Riot Platforms masing-masing ditutup lebih rendah pada sesi tersebut.

Selanjutnya: Berlaku 1 Januari 2025, Cek Golongan Listrik PLN yang Kena Tarif PPN 12%

Menarik Dibaca: Intip Daftar Gift Code Ojol The Game 19 Desember 2024 Update Terkini Berikut

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Editor: Anna Suci Perwitasari