Wall Street Anjlok pada Senin (5/8), Kekhawatiran Resesi Semakin Mencekam



KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Wall Street anjlok pada pembukaan hari Senin (5/8). Ada kekhawatiran Amerika Serikat (AS) akan terjerumus ke dalam resesi menyusul data ekonomi yang lemah minggu lalu menyebar ke pasar global.

Senin (5/8) pukul 21.41 WIB, Dow Jones Industrial Average turun 2,69% ke 38.666. Indeks S&P 500 turun 3,04% ke 5.184. Nasdaq Composite anjlok 3,51% ke 16.186.

Bursa dari Asia hingga Eropa terpukul dan imbal hasil obligasi US Treasury merosot karena investor berbondong-bondong ke aset safe haven. Investor bertaruh bahwa Federal Reserve AS sekarang perlu memangkas suku bunga secara agresif untuk memacu pertumbuhan.


Aksi jual sebelum pasar berlangsung brutal. Kelompok saham yang disebut Magnificent Seven - pendorong utama indeks ke rekor tertinggi awal tahun ini - bersiap kehilangan nilai pasar gabungan sebesar US$ 1,3 triliun.

Harga saham Apple turun 10% setelah Berkshire Hathaway mengurangi separuh sahamnya di pembuat iPhone tersebut. Pemangkasan investasi Berkhsire menunjukkan bahwa investor miliarder Warren Buffett semakin waspada terhadap ekonomi AS yang lebih luas atau valuasi pasar saham yang sudah terlalu tinggi.

Harga saham Nvidia merosot 14,3% setelah laporan penundaan peluncuran chip kecerdasan buatan yang akan datang karena cacat desain. Harga saham Microsoft dan Alphabet masing-masing merosot hampir 6%.

Laporan pekerjaan yang lemah dan aktivitas manufaktur yang menyusut di ekonomi terbesar di dunia, ditambah dengan perkiraan suram dari perusahaan teknologi besar AS, mendorong Nasdaq 100 dan Nasdaq Composite mengalami koreksi minggu lalu.

Data pekerjaan yang mengecewakan juga memicu apa yang dikenal sebagai Sahm ​​Rule, yang dilihat oleh banyak orang sebagai indikator resesi yang akurat secara historis.

Para trader kini memperkirakan peluang sebesar 90,5% bahwa bank sentral AS akan memangkas suku bunga acuan sebesar 50 basis poin pada bulan September, dibandingkan dengan peluang sebesar 11% yang terlihat minggu lalu, menurut FedWatch Tool milik CME.

Perusahaan pialang besar Wall Street juga merevisi proyeksi suku bunga Fed mereka untuk tahun 2024 untuk menunjukkan pelonggaran kebijakan yang lebih besar oleh bank sentral.

"Saya tidak berpikir Fed akan memangkas 50 basis poin karena pada saat yang sama itu akan menyiratkan bahwa Fed salah, bahwa resesi sudah di depan mata dan itu akan lebih meningkatkan ketegangan investor daripada menenangkan kegelisahan," kata Sam Stovall, kepala strategi investasi di CFRA Research kepada Reuters.

"Saya akan mengatakan bahwa Fed mungkin akan mengadakan pertemuan internal, pelonggaran sebesar 25 basis poin untuk memberi tahu pasar bahwa mereka menangani masalah ini dengan baik," imbuh Stovall.

Imbal hasil obligasi pemerintah AS mencapai titik terendah dalam beberapa bulan. Yield US Treasury tenor 10 tahun bertahan di 3,6839%. Sementara yield obligasi tenor dua tahun merosot ke 3,6907%.

Indeks Volatilitas CBOE, yang juga dikenal sebagai pengukur rasa takut Wall Street, menembus level rata-rata jangka panjangnya sebesar 20 poin minggu lalu dan saat ini berada di 62,64, tertinggi sejak April 2020.

Saham yang terkait dengan mata uang kripto turun setelah Bitcoin mencapai titik terendah dalam lima bulan. Coinbase Global turun 18,3%, sementara MicroStrategy dan Riot Platforms turun masing-masing 25,4% dan 17,5%.

Harga saham pembuat Pringles Kellanova melonjak 22,1% setelah laporan Reuters mengatakan raksasa permen Mars sedang menjajaki kemungkinan pembelian perusahaan tersebut.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Editor: Wahyu T.Rahmawati