KONTAN.CO.ID - NEW YORK. Wall Street ditutup melemah tajam pada akhir perdagangan di awal pekan ini. Bursa Saham Amerika Serikat (AS) itu terseret lonjakan imbal hasil US Treasury dan kekhawatiran tentang meningkatnya ketegangan geopolitik antara Iran dan Israel. Senin (15/4), Dow Jones Industrial Average ditutup turun 248,13 poin atau 0,65% menjadi 37.735,11, indeks S&P 500 melemah 61,59 poin atau 1,20% ke 5.061,82 dan indeks Nasdaq Composite turun 290,07 poin atau 1,79% ke 15.885,02. Indeks S&P 500 kini sudah melemah 2,64% selama dua sesi terakhir, penurunan dua hari terbesar sejak awal Maret 2023. Indeks juga ditutup di bawah rata-rata pergerakan 50 hari, level dukungan teknis, untuk pertama kalinya sejak 2 November.
Dengan indeks S&P 500 keluar dari persentase penurunan satu hari terbesar sejak 31 Januari di sesi sebelumnya, bursa saham AS dibuka menguat sebagian setelah data menunjukkan penjualan ritel meningkat lebih dari perkiraan pada bulan Maret.
Baca Juga: Wall Street Dibuka Hijau di Tengah Ketegangan Timur Tengah Sentimen lain yang juga memberikan dukungan di awal perdagangan adalah kenaikan di beberapa saham sektor keuangan setelah hasil kuartalannya. Di mana, saham Goldman Sachs naik 2,92% setelah laba kuartal pertama mengalahkan perkiraan Wall Street, didorong oleh pemulihan dalam penjaminan emisi, transaksi dan perdagangan obligasi yang meningkatkan pendapatannya per saham ke level tertinggi sejak akhir tahun 2021. Saham M&T Bank melonjak 4,74% setelah memperkirakan pendapatan bunga bersih (NII) tahunan yang lebih baik dari perkiraan. Sedangkan saham broker Charles Schwab naik 1,71% meskipun melaporkan penurunan laba kuartalan. Saham-saham tersebut adalah tiga saham yang berkinerja terbaik di sektor keuangan pada indeks S&P 500. Namun kenaikan tersebut memudar karena kekhawatiran permusuhan antara Israel dan Iran akan terus berkobar. Di tambah, imbal hasil Treasury melonjak, dengan obligasi AS dengan tenor acuan 10 tahun mencapai level tertinggi sejak November. "Anda melihat sedikit kenaikan pagi ini karena mungkin orang berpikir 'OK, sahamnya dijual pada hari Jumat' untuk mengantisipasi sesuatu yang sangat buruk terjadi di Timur Tengah," kata Ken Polcari, Managing Partner di Kace Capital Advisors di Boca Raton. Florida. “Semua masalah geopolitik akan menimbulkan ketegangan dan kecemasan di pasar, kesadaran bahwa suku bunga tidak akan turun dalam waktu dekat akhirnya akan menjadi kenyataan, itulah yang dikatakan pasar obligasi kepada Anda, bahwa suku bunga akan naik lebih tinggi," tambah dia. Israel menghadapi tekanan yang semakin besar dari sekutunya untuk menahan diri dan menghindari eskalasi konflik di Timur Tengah ketika Israel mempertimbangkan bagaimana menanggapi serangan rudal dan drone Iran pada akhir pekan, yang diluncurkan setelah dugaan serangan Israel terhadap kedutaan besarnya. Pada sesi ini, dari 11 sektor utama indeks S&P 500 melemah, dengan sektor real estat dan utilitas yang sensitif terhadap suku bunga termasuk di antara sektor-sektor dengan kinerja terburuk.
Baca Juga: Simak Proyeksi IHSG dan Rekomendasi Saham pada Hari Pertama Usai Libur Lebaran Saham-saham mengalami kesulitan baru-baru ini, dengan indeks S&P 500 mengalami penurunan selama dua minggu berturut-turut dan persentase penurunan mingguan terbesar sejak Oktober di pekan lalu karena investor telah memundurkan ekspektasi mengenai waktu dan ukuran penurunan suku bunga dari Federal Reserve.
Saham Apple turun 2,19% sebagai salah satu hambatan terbesar pada indeks S&P 500 setelah data dari firma riset IDC menunjukkan, pengiriman ponsel pintar perusahaan turun sekitar 10% pada kuartal pertama tahun 2024. Saham Tesla juga merosot 5,6% setelah pembuat kendaraan listrik tersebut mengatakan akan memberhentikan lebih dari 10% tenaga kerja globalnya, menurut memo internal yang dilihat oleh Reuters. Sejalan, saham Salesforce ambles 7,28% setelah
Reuters melaporkan, mengutip sebuah sumber, bahwa pembuat perangkat lunak hubungan pelanggan sedang dalam pembicaraan lanjutan untuk mengakuisisi Informatica. Cek Berita dan Artikel yang lain di
Google News Editor: Anna Suci Perwitasari