KONTAN.CO.ID - Indeks utama Wall Street jatuh pada hari Selasa (13/2). Setelah rilis data inflasi konsumen yang lebih tinggi dari perkiraan, mendorong kembali ekspektasi pasar terhadap penurunan suku bunga dalam waktu dekat sehingga mengerek imbal hasil US Treasury lebih tinggi. Melansir
Reuters, indeks S&P 500 kehilangan 68,14 poin atau 1,37% menjadi berakhir pada level 4.953,70 dan Nasdaq Composite kehilangan 282,64 poin atau 1,79% menjadi 15.659,91. Sedangkan, Dow Jones Industrial Average turun 522,05 poin atau 1,36% menjadi 38.275,33. Ini menandai persentase kerugian satu hari terbesar Dow sejak 22 Maret 2023.
Baca Juga: Inflasi AS Pada Januari Naik Lebih Tinggi dari Perkiraan Laporan Departemen Tenaga Kerja Amerika Serikat (AS) menunjukkan, harga konsumen meningkat di atas perkiraan pada bulan Januari di tengah lonjakan biaya perlindungan. “Ekuitas berada dalam mode kemunduran menyusul laporan CPI yang masih bersifat inflasi,” kata Terry Sandven, chief equity strategist di U.S. Bank Wealth Managemen. "Inflasi yang lebih tinggi dalam jangka waktu yang lebih lama merupakan kemunduran bagi Federal Reserve." Pasar telah menguat tahun ini di tengah spekulasi bahwa The Fed akan mulai memangkas suku bunga pada bulan Mei.
Baca Juga: Wall Street Tumbang Setelah Inflasi AS Dilaporkan Lebih Tinggi Ketimbang Prediksi S&P 500 ditutup di atas 5.000 untuk pertama kalinya pada hari Jumat. Dow juga diperdagangkan mendekati rekor tertingginya dan pada hari Senin Nasdaq sempat melampaui rekor penutupan tertingginya pada November 2021. Setelah rilis data inflasi, perkiraan para pedagang terhadap penurunan suku bunga di bulan Mei setidaknya sebesar 25 basis poin turun menjadi 36,1%, dari sekitar 58% sebelum data tersebut dirilis. Sementara ekspektasi untuk bulan Juni berada di angka 74,3%, menurut CME FedWatch Tool. Saham perusahaan-perusahaan besar yang sensitif terhadap suku bunga seperti Microsoft, Alphabet, Amazon.com dan Meta Platforms turun antara 1,6% dan 2,2%. Dipicu imbal hasil surat utang AS secara keseluruhan melonjak ke level tertinggi dalam dua bulan.
Baca Juga: Wah, Harga Bitcoin Tembus US$ 50.000, Tertinggi Sejak 2021! Sebagian besar saham chip seperti Micron Technology, Qualcomm dan Broadcom juga turun, membuat indeks Philadelphia SE Semiconductor turun 2%. Real estate,
consumer discretionary and utilities memimpin kerugian di antara 11 indeks sektor utama S&P 500, dengan real estate jatuh ke level terendah dalam lebih dari dua bulan. Indeks The small-cap Russell 2000 juga turun 4,3%, penurunan satu hari terbesar sejak 16 Juni 2022. "Banyak gubernur Federal Reserve yang keluar dalam beberapa minggu terakhir dan memberikan berbagai indikasi bahwa pemotongan yang diharapkan oleh pasar pada paruh pertama tahun ini mungkin terlalu dini. Kini data CPI jelas menegaskan kembali gambaran tersebut," kata Bob. Elliott, chief investment officer di Unlimited Funds..
Baca Juga: Harga Emas Spot Flat di US$2.020,28 Jelang Rilis CPI AS, Selasa (13/2) Data terbaru ini muncul setelah adanya sedikit revisi terhadap inflasi pada kuartal terakhir tahun 2023 yang membuat investor sempat merasa lega dengan arah inflasi. Indeks volatilitas Cboe, yang merupakan ukuran ketakutan pasar, mencapai level tertinggi sejak November. Cek Berita dan Artikel yang lain di
Google News Editor: Yudho Winarto