KONTAN.CO.ID - NEW YORK. Indeks S&P 500 dan Dow Jones Industrial Average mencatat rekor penutupan tertinggi dalam sesi perdagangan Black Friday yang dipersingkat, didorong oleh saham teknologi seperti Nvidia. Musim belanja liburan menjadi fokus utama, dengan sektor ritel ikut menguat. Melansir Reuters, Jumat (29/11/02), sektor teknologi informasi berkontribusi signifikan pada kenaikan S&P 500 dan Dow, yang juga didukung oleh saham industri. Nvidia naik 2%, sementara Tesla mencatat kenaikan 3,7%. Investor memantau respons konsumen terhadap diskon besar Black Friday. Adobe Analytics memperkirakan belanja daring akan mencapai rekor US$ 10,8 miliar, naik 9,9% dibandingkan tahun lalu.
Baca Juga: Bursa Wall Street Dibuka Menguat Saat Black Friday Saham Target naik 1,7% dan Macy's menguat 1,8%. Indeks S&P 500 naik 0,56% ke level 6.032,44 poin, melampaui rekor intraday sebelumnya di 6.025,42 poin. Dow Jones Industrial Average naik 0,42% ke 44.910,65 poin, sedangkan Nasdaq naik 0,83% ke 19.218,17 poin. “Peritel banyak melakukan impor. Tingkat persediaan sangat penting bagi profitabilitas dan kemampuan mereka mengendalikan margin, jadi mereka akan menjadi salah satu industri yang terdampak tarif,” ujar Ross Mayfield, ahli strategi investasi di Baird. “Namun sejauh ini, penjualan Black Friday dan Cyber Monday tampak cukup solid,” tambahnya. Saham semikonduktor pulih dari penurunan sebelumnya, dengan indeks Philadelphia SE Semiconductor naik 1,5%. Indeks Russell 2000 yang berisi saham berkapitalisasi kecil, juga menguat 0,4% seiring penurunan imbal hasil obligasi Treasury dari level tertinggi multi-bulan.
Baca Juga: Bursa Asia Dibuka Bervariasi Kamis (28/11), Fokus ke Suku Bunga Bank of Korea Sebelumnya, indeks utama Wall Street ditutup melemah pada Rabu, dengan Nasdaq memimpin penurunan. Saham teknologi merosot menjelang libur Thanksgiving di tengah kekhawatiran bahwa Federal Reserve akan lebih berhati-hati dalam menurunkan suku bunga setelah data inflasi AS yang kuat. Kemenangan Donald Trump dalam pemilihan presiden AS dan mayoritas Partai Republik di Kongres meningkatkan optimisme di pasar saham. Investor berharap kebijakan pro-bisnis Trump dapat mendorong pertumbuhan ekonomi dan laba perusahaan. Namun, kekhawatiran muncul bahwa kebijakan tersebut juga dapat memicu inflasi, memperlambat penurunan suku bunga, dan membebani pertumbuhan global. Para trader memperkirakan Federal Reserve akan menurunkan suku bunga sebesar 25 basis poin pada pertemuan Desember, tetapi kemungkinan menghentikan sementara pemotongan suku bunga pada Januari, menurut FedWatch dari CME Group. Saham kripto juga menguat seiring kenaikan bitcoin, mendorong MARA Holdings naik 1,9%.
Baca Juga: Bursa Asia-Pasifik Dibuka Beragam Rabu (27/11), di Tengah Rekor Baru Wall Street Di sisi lain, saham Applied Therapeutics anjlok 76% setelah Badan Pengawas Obat dan Makanan AS menolak menyetujui obatnya untuk pengobatan penyakit metabolik genetik yang langka. Di NYSE, jumlah saham yang naik melebihi yang turun dengan rasio 2,46 banding 1. Ada 386 titik tertinggi baru dan 63 titik terendah baru di NYSE. S&P 500 mencatat 31 titik tertinggi baru selama 52 minggu terakhir, sementara Nasdaq Composite mencatat 116 titik tertinggi baru dan 31 titik terendah baru.
Volume perdagangan di bursa AS mencapai 8,15 miliar saham selama pekan perdagangan singkat ini, dibandingkan dengan rata-rata harian 15 miliar saham selama 20 hari terakhir. Selama seminggu, S&P 500 naik 1,06%, Nasdaq naik 1,13%, dan Dow naik 1,39%. Indeks Russell 2000 naik 1,48%, mencapai rekor tertinggi di awal pekan.
Cek Berita dan Artikel yang lain di
Google News Editor: Noverius Laoli