Wall Street cetak rekor tertinggi lagi, Boeing menyokong Dow Jones



KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Indeks utama Wall Street kembali mencetak rekor tertinggi pada Senin (23/12) setelah Presiden Amerika Serikat Donald Trump mengatakan bahwa kesepakatan dagang awal AS-China segera diteken. Harga saham Boeing yang melejit menjadi penyokong lonjakan Dow Jones.

Kemarin, Dow Jones menguat 0,34% ke 28.551,53. Indeks S&P 500 menguat 0m09% ke 3.224,01. Nasdaq Composite menguat 0,23% ke 8.945,65.

Harga saham Boeing menguat 2,91% setelah CEO Dennis Muilenburg dicopot dari jabatannya setelah krisis panjang yang melibatkan 737 MAX. Saham Boeing memiliki porsi besar pada Dow Jones dan sektor industri S&P 500.


Baca Juga: Indeks S&P 500 dan Nasdaq pecahkan rekor baru, saham Boeing bawa terbang Dow Jones

Indeks S&P 500 mencapai rekor penutupan perdagangan baru dalam tiga hari berturut-turut. S&P 500 juga menyentuh angka tertinggi pada perdagangan intraday dalam delapan hari berturut-turut. Sedangkan Nasdaq mencapai angka penutupan tertinggi dalam delapan hari berturut-turut.

"Aliran berita baik terus berpihak pada kondisi bullish sehingga tidak sepenuhnya ada alasan bagi investor untuk menjual. Investor pun punya kekhawatiran akan ketinggalan reli pada satu setengah bulan terakhir," kata Chuck Carlson, chief executive officer Horizon Investment Services kepada Reuters.

Sentimen positif juga datang dari China yang akan menurunkan tarif impor berbagai produk mulai dari daging babi beku, alpukat, hingga sejumlah tipe semikonduktor pada tahun depan.

Baca Juga: Pemesanan tembus 1.000 pesawat, Airbus kalahkan Boeing

Mona Mahajan, US investment strategist Allianz Global Investors mengatakan bahwa kunci utama kelanjutan kondisi bursa dan bisnis yang positif adalah tarif tidak akan naik lebih tinggi dari posisi saat ini. "Ini adalah keyakinan bisnis yang penting," kata dia.

Meski bertebaran sentimen positif, ada data yang dirilis kurang oke pada awal pekan ini. Pesanan baru barang modal AS hanya naik tipis pada bulan November. Bahkan pengiriman turun. Hal ini menunjukkan bahwa investasi bisnis masih berpotensi menjadi pemberat pertumbuhan ekonomi kuartal keempat.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Editor: Wahyu T.Rahmawati