Wall Street dibuka memerah terpapar efek penyerangan fasilitas minyak milik Aramco



KONTAN.CO.ID - NEW YORK. Wall Street tergelincir pada awal pekan ini di tengah kekhawatiran pertumbuhan global setelah serangan pada fasilitas minyak mentah Arab Saudi yang menghapus 5% pasokan minyak dunia.

Dilansir dari Reuters, serangan pada negara pengekspor minyak terbesar dunia sempat mengirim harga minyak melonjak 20% sebelum kembali turun ketika Presiden Amerika Serikat Donald Trump mengotorisasi penggunaan cadangan minyak darurat negara untuk memastikan kestabilan pasokan.

Baca Juga: IHSG masih kebal dari kenaikan harga minyak yang bersifat jangka pendek


Kejadian ini berhasil membuat indeks S&P 500 Energy yang merupakan salah satu sektor dengan kinerja terburuk tahun ini berhasil melonjak 3,18%.

Saham Marathon Oil Corp dan Devon Energy Corp menjadi yang baling bersinar dengan masing-masing naik lebih dari 8%. "Secara khusus, kita bisa melihat langkah positif dalam kelompok saham small and midcap di sektor minyak," tulis analis JPM dalam sebuah catatan.

Sementara itu, mengantisipasi biaya bahan bakar yang lebih tinggi telah mendorong turunnya saham maskapai penerbangan dan operator jalur pelayaran. 

Saham American Airlines Group Inc, Delta Air Lines Inc dan Carnival Corp turun antara 2% dan 5%. Di sisi lain, sepuluh sektor S&P utama naik lebih rendah, dengan saham sektor teknologi menjadi yang paling berat.

Baca Juga: Ini rekomendasi saham emiten minyak setelah kilang minyak Saudi Aramco diserang

Pelarian investor ke tempat yang aman telah menarik benchmark yield obligasi Treasury AS bertenor 10 tahun turun dari level tertinggi multi-minggu mereka. Hal ini pun menekan saham sub-sektor bank yang sensitif terhadap suku bunga.

Pada 9:44 ET, Dow Jones Industrial Average turun 104,17 poin, atau 0,38%, pada 27.115,35. Kemudain indeks S&P 500 turun 9,48 poin, atau 0,32%, pada 2.997,91. 

Lalu Nasdaq Composite turun 28,40 poin, atau 0,35% pada level 8,148,32.

Baca Juga: Meski efek tak signifikan, lonjakan harga minyak jadi angin segar bagi harga batubara

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Editor: Tendi Mahadi