Wall Street Dibuka Menguat, Masih Mencatat Penurunan Mingguan Terpanjang



KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Wall Street dibuka menghijau pada perdagangan terakhir pekan ini. Jumat (20/5) pukul 21.00 WIB, Dow Jones Industrial Average menguat 0,60% ke 31.448. Indeks S&P 500 naik 0,87% ke 3.933. Sedangkan Nasdaq Composite menguat 1,05% ke 11.508.

Menurut data Bloomberg, Dow Jones masih tercatat turun 2,47% dalam sepekan. Pada periode yang sama, indeks S&P 500 dan Nasaq masing-masing turun 2,30% dan 2,72%.

Pada hari ini, saham perbankan dan saham pertumbuhan megacap naik di tengah kekhawatiran dampak inflasi yang lebih tinggi dan kenaikan suku bunga berikutnya. Harga saham Alphabet Inc, Apple Inc, Meta Platforms, Microsoft Corp, Amazon.com dan Tesla Inc naik antara 1,3% dan 1,7% dalam perdagangan premarket.


Baca Juga: Net Sell Rp 2,4 Triliun Sepekan, Ini Saham-saham yang Banyak Dilego Asing

Harga saham Citigroup naik 1% dan memimpin kenaikan di antara bank-bank besar. Sementara pasar saham Asia dan Eropa rebound pada hari Jumat setelah China memangkas patokan pinjaman utama untuk mendukung ekonomi.

"Sepertinya rebound dipicu oleh China. Pertanyaan sebenarnya adalah apakah ini akan bertahan pada akhir hari perdagangan," kata Sam Stovall, kepala strategi investasi di CFRA Research kepada Reuters.

Tiga indeks utama Wall Street turun pada hari Kamis (19/5), melemah dua hari berturut-turut terseret oleh saham Apple dan pembuat peralatan jaringan Cisco Systems.

Baca Juga: IHSG Menguat 4,85% Sepekan, Katalis Ini yang Menopang

Perkiraan mengecewakan dari pengecer termasuk Walmart Inc dan Target Inc turut mengguncang sentimen pasar minggu ini. Laporan emiten retail menambah bukti bahwa kenaikan harga mulai mengganggu daya beli konsumen Amerika Serikat (AS).

S&P 500 dan Nasdaq melacak penurunan mingguan ketujuh berturut-turut. Ini adalah penurunan mingguan beruntun terpanjang sejak 2001. Sementara Dow Jones melemah di pekan kedelapan berturut-turut, terpanjang sejak 1932.

Indeks turun antara 14,0% dan 27,2% sepanjang tahun ini karena investor menyesuaikan diri dengan rantai pasokan yang berkepanjangan, penguncian Covid-19 di China, ketidakpastian geopolitik yang berasal dari konflik Ukraina, dan kenaikan suku bunga Fed Funds Rate. Para trader memperkirakan kenaikan suku bunga 50 basis poin oleh bank sentral AS pada bulan Juni dan Juli.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Editor: Wahyu T.Rahmawati