Wall Street Dibuka Sepi Senin (26/2), Menjelang Minggu Penuh Data dan Uji Inflasi



KONTAN.CO.ID - Indeks utama Wall Street dibuka melemah pada hari Senin (26/2), setelah reli yang dipicu oleh AI.

Fokus investor kembali ke potensi penurunan suku bunga dari The Fed yang dapat memberikan petunjuk mengenai inflasi utama dan data ekonomi lainnya yang diharapkan pada minggu ini.

Melansir Reuters, Dow Jones Industrial Average naik 13,26 poin atau 0,03% pada pembukaan perdagangan ke 39.144,79.


S&P 500 dibuka lebih tinggi sebesar 4,20 poin atau 0,08% pada 5.093,00. Sedangkan Nasdaq Composite naik 17,63 poin atau 0,11% menjadi 16.014,45 pada bel pembukaan.

Baca Juga: Wall Street Disokong Nvidia: S&P 500 dan Dow Jones Cetak Rekor Penutupan Tertinggi

Rilis indeks harga pengeluaran konsumsi pribadi (PCE/personal consumption expenditures) bulan Januari – ukuran inflasi pilihan The Fed – pada hari Kamis dapat menghambat reli saham baru-baru ini jika data menunjukkan tekanan harga yang terus-menerus.

Perkiraan besar dari perancang chip kelas berat Nvidia pada minggu sebelumnya menambah hiruk pikuk kecerdasan buatan (AI) tahun ini.

Mendorong Wall Street ke puncak baru dan menutupi kesuraman karena kemungkinan tertundanya siklus pelonggaran The Fed.

S&P 500 dan Dow Jones industrials keduanya mencatat rekor tertinggi sepanjang masa pada minggu lalu.

Sementara Nasdaq yang sarat teknologi berada dalam kisaran dekat dari rekor puncak intraday yang dicapai pada November 2021.

Para pedagang menunda perkiraan penurunan suku bunga pertama ke bulan Juni dari bulan Mei di awal bulan ini setelah rilis harga konsumen (CPI) dan produsen (PPI) yang lebih tinggi dari perkiraan.

“Indeks inflasi harga PCE diperkirakan akan menunjukkan sedikit lebih banyak inflasi, sejalan dengan angka-angka yang kita lihat pada CPI dan PPI, sehingga pasar bersiap untuk hal tersebut,” kata Peter Cardillo, kepala ekonom pasar di Spartan Sekuritas Modal.

Baca Juga: Indeks Global Bertahan di Puncak Baru, Ketakutan Inflasi Menyeruak

"Dalam waktu dekat, ada kemungkinan besar bahwa kita akan melihat imbal hasil (Treasury) bergerak sedikit lebih tinggi."

Imbal hasil Treasury yang lebih tinggi membebani penilaian ekuitas karena membuat imbal hasil saham menjadi kurang menarik dan juga meningkatkan biaya modal bagi bisnis.

Data barang tahan lama, kepercayaan konsumen, dan aktivitas manufaktur juga akan menjadi daftar pantauan investor pada minggu ini.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Editor: Yudho Winarto