Wall Street Ditutup Anjlok, Kekhawatiran Kenaikan Suku Bunga Terus Membayangi



KONTAN.CO.ID - NEW YORK. Wall Street ditutup melemah untuk sesi ketiga berturut-turut karena kenaikan lowongan pekerjaan di Amerika Serikat (AS) memicu kekhawatiran Federal Reserve memiliki alasan lain untuk mempertahankan jalur agresif pada kenaikan suku bunga guna memerangi inflasi.

Selasa (30/8), indeks Dow Jones Industrial Average ditutup turun 308,12 poin atau 0,96% menjadi 31.790,87, indeks S&P 500 melemah 44,45 poin atau 1,10% ke 3.986,16 dan indeks Nasdaq Composite koreksi 134,53 poin atau 1,12% ke 11.883,14.

Dengan posisi ini, indeks S&P 500 telah jatuh lebih dari 5% sejak Ketua The Fed Jerome Powell menegaskan kembali tekad bank sentral AS untuk menaikkan suku bunga bahkan saat ekonomi melambat pada Jumat (26/8).


Pada sesi kali ini, 11 sektor dalam indeks S&P 500 berada di wilayah negatif, dengan sektor energi anjlok paling dalam setelah turun 3,36%. Itu menjadi persentase penurunan terbesar, usai harga minyak ambles lebih dari 5% di tengah kekhawatiran bahwa perlambatan ekonomi global dapat melemahkan permintaan.

Sementara itu, saham perusahaan megacap yang sensitif terhadap suku bunga dan saham teknologi seperti Microsoft Corp melemah 0,85%, dan Apple Inc turun 1,53%, termasuk di antara hambatan terbesar pada indeks acuan.

Baca Juga: Wall Street Melorot Lagi, Investor Akan Mencermati Data Tenaga Kerja AS

Kini, indeks S&P 500 dan Nasdaq telah menembus di bawah rata-rata pergerakan 50 hari. Dengan indeks S&P 500 juga sempat jatuh di bawah level retracement Fibonacci 50% dari posisi terendah Juni hingga tertinggi Agustus, indikator teknis utama lainnya yang diawasi oleh analis sebagai dukungan.

Sentimen pada perdagangan kali ini datang karena permintaan tenaga kerja tidak menunjukkan tanda-tanda pendinginan karena lowongan pekerjaan AS naik menjadi 11,239 juta pada Juli dan bulan sebelumnya direvisi naik tajam.

Sebuah laporan terpisah juga menunjukkan, kepercayaan konsumen rebound kuat pada bulan Agustus, setelah tiga penurunan bulanan secara berturut-turut.

"Mereka harus melemahkan pasar tenaga kerja dan bagaimana mereka akan melakukannya, mereka akan menekan tarif dan membuat barang menjadi sangat mahal sehingga orang akan mundur, permintaan akan turun, dan orang akan mulai menahan diri," kata Ken Polcari, Managing Partner di Kace Capital Advisors di Boca Raton, Florida.

Kini, pasar semakin menantikan data non-farm payrolls bulan Agustus yang akan dirilis pada hari Jumat (2/9).

Di sisi lain, Presiden The Fed New York John Williams mengatakan bahwa bank sentral kemungkinan akan perlu untuk mendapatkan suku bunga kebijakan sekitar 3,5% dan tidak mungkin untuk memangkas suku bunga sama sekali hingga tahun depan karena memerangi inflasi.

Namun, Presiden The Fed Atlanta Raphael Bostic bilang dalam sebuah esai yang diterbitkan pada hari Selasa bahwa The Fed dapat "memutar balik" dari rangkaian kenaikan 75 basis poin baru-baru ini, jika data baru menunjukkan inflasi "jelas" melambat.

Presiden The Fed Richmond Thomas Barkin menambahkan, janji The Fed untuk menurunkan inflasi ke target 2% tidak akan selalu menghasilkan resesi yang parah.

Baca Juga: IHSG Naik 0,38% ke 7.159, Saham-saham Ini Paling Banyak Diburu Asing, Selasa (30/8

Pedagang memperkirakan peluang 74,5% dari kenaikan suku bunga 75 basis poin ketiga berturut-turut pada pertemuan Fed September.

Indeks Volatilitas, juga dikenal sebagai pengukur ketakutan Wall Street, naik untuk sesi ketiga berturut-turut dan mencapai level tertinggi enam minggu di 27,69 poin.

Menambah kekhawatiran, militer Taiwan melepaskan tembakan peringatan ke sebuah pesawat tak berawak China yang mendengung di sebuah pulau kecil yang dikendalikan oleh Taiwan di dekat pantai China.

Pada perdagangan kali ini, saham Best Buy Co naik 1,61% sebagai salah satu penguatan terbesar di indeks S&P 500 setelah melaporkan penurunan yang lebih kecil dari perkiraan dalam penjualan kuartalan yang sebanding berkat diskon yang tajam.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Editor: Anna Suci Perwitasari