KONTAN.CO.ID - NEW YORK. Wall Street ditutup melemah setelah risalah dari pertemuan kebijakan Federal Reserve (The Fed) mengungkapkan kekhawatiran di antara beberapa anggota Federal Open Markets Committee (FOMC) mengenai krisis likuiditas bank regional. Rabu (12/4), indeks Dow Jones Industrial Average ditutup melemah 38,29 poin atau 0,11% menjadi 33.646,5, indeks S&P 500 turun 16,99 poin atau 0,41% ke 4.091,95 dan indeks Nasdaq Composite melemah 102,54 poin atau 0,85% ke 11.929,34. Di antara 11 sektor utama pada indeks S&P 500, tujuh berakhir di wilayah negatif, dengan sektor konsumen discretionary menderita persentase kerugian terbesar. Di sisi lain, sektor perindustrian memimpin penguatan terbesar.
Pasar saham Amerika Serikat (AS) mendapat tekanana setelah risalah The Fed yang keluar mengikuti laporan inflasi yang lebih dingin dari perkiraan, yang menyangkal data dasar yang lebih kaku dan memperkuat kemungkinan kenaikan suku bunga kebijakan lain ketika The Fed pertemuan di bulan depan. Ketiga indeks saham utama AS mengalami pergerkana yang fluktuatif sepanjang sesi dan akhir ditutup melemah.
Baca Juga: Wall Street Menguat Setelah Inflasi AS Bulan Maret Melemah "Risalahnya jelas bahwa ada kekhawatiran The Fed yang sedang berlangsung sehubungan dengan krisis perbankan serta kenaikan harga," kata Greg Bassuk,
Chief Executive Officer AXS Investments di New York. Indeks mulai berputar ketika pelaku pasar mengurai data Indeks Harga Konsumen (CPI) yang dirilis Departemen Tenaga Kerja. Laporan itu, tentang harga yang dibayar konsumen perkotaan untuk sekeranjang barang dan jasa, datang di bawah ekspektasi analis. Hal ini menunjukkan bahwa upaya The Fed untuk menjinakkan inflasi mulai berjalan. Namun, CPI inti, yang menghapus item makanan dan energi yang mudah menguap, menyentuh konsensus
bull's eye, dan tetap jauh di atas tingkat target rata-rata tahunan The Fed, yang sebesar 2%. "Minggu ini adalah titik belok karena investor mencari pijakan yang lebih pasti sebelum pendapatan perusahaan dan laporan PPI (harga produsen) yang keluar besok," kata Bassuk. "Data (ekonomi) sangat beragam sehingga investor bereaksi berlebihan terhadap petunjuk positif atau negatif dari kebijakan kenaikan suku bunga Fed. Volatilitas akan berlanjut, investor harus mengencangkan sabuk pengaman mereka. Ada begitu banyak hal yang terjadi sekarang yang menyebabkan ketidakpastian baik untuk Wall Street maupun Main Street."
Baca Juga: Nasihat Warren Buffett Saat Sejumlah Perbankan di AS Kolaps Sekilas, pasar keuangan memperkirakan kemungkinan 70% dari kenaikan suku bunga 25 basis poin pada akhir pertemuan kebijakan FOMC bulan depan.
Katalis penggerak pasar berikutnya kemungkinan adalah musim laporan pendapatan kuartal pertama, yang dimulai pada hari Jumat dengan hasil kinerja dari tiga bank besar, yakni Citigroup Inc, JPMorgan Chase & Co dan Wells Fargo & Co. Analis sekarang mengharapkan pendapatan emiten pada indeks S&P 500 di kuartal I-2023 dengan agregat penurunan 5,2% secara tahunan, pembalikan mencolok dari pertumbuhan tahunan 1,4% yang terlihat pada awal kuartal. Pada perdagangan kali ini, saham American Airlines Group Inc turun 9,2% setelah memperkirakan laba kuartal pertama yang lebih rendah dari perkiraan. Cek Berita dan Artikel yang lain di
Google News Editor: Anna Suci Perwitasari