Wall Street ditutup menguat, didorong tanda-tanda pemulihan ekonomi



KONTAN.CO.ID - NEW YORK. Wall Street ditutup menghijau pada akhir perdagangan awal bulan ini, Senin (1/6) didorong tanda-tanda pemulihan ekonomi Amerika Serikat yang mengimbangi kegelisahan sosial yang semakin meningkat di tengah pandemi Covid-19 dan meningkatnya ketegangan AS-China.

Indeks Dow Jones Industrial Averaga naik 91,91 poin atau 0,36% ke 25.475,02, S&P 500 naik 11,42 poin atau 0,38% ke 3.055,73 dan Nasdaq Composite naik 62,18 poin atau 0,66% ke 9.552,05.

Saham Facebook Inc, Apple Inc dan Amazon.com memberikan dorongan terbesar untuk S&P 500 dan Nasdaq, sementara Boeing Co memberikan dorongan terbesar bagi Dow Jones Industrial Average.


Baca Juga: Wall Street rebound setelah dibuka melemah berkat prospek pemulihan ekonomi

Dari 11 sektor utama S&P 500, seluruhnya mengakhiri sesi di wilayah positif, kecuali sektor layanan kesehatan.

Saham Pfizer Inc turun 7,1% setelah pengobatan kanker payudara oleh produsen ini dianggap tidak mungkin memenuhi tujuan utama dari penelitian tahap akhir.

Saham Gilead Schiences Inc turun 3,4% setelah hasil beragam dalam penelitian tahap akhir dari kandidat obat Covid-10, remdesivir. 

Volume transaksi perdagangan saham di bursa AS mencapai 9,95 miliar saham, dengan rata-rata 11,30 miliar saham dalam 20 hari perdagangan terakhir.

"Tentu saja langkah pemulihan pasar saham tidak dapat berlanjut pada kecepatan yang sudah ada," kata Paul Nolte, manajer portofolio Kingsview Asset Management Chigaco seperti dikutip Reuters.

"Aku kagum dengan kinerja pasar yang bagus."

Gedung Putih menyerukan hukum dan ketertiban setelah demonstrasi enam malam yang disretai kekerasan meluas, yang dipicu oleh kematian George Floyd di tangan polisi.

"Kebanyakan investor mengatakan (unjuk rasa) tidak akan menghancurkan ekonomi," imbuh Nolte. "Ini hambatan, tetapi tidak sebesar pandemi." 

Kerusuhan mendorong peritel seperti Target Corp dan Walmart Inc menutup sebagian toko mereka, sementara Amazon.com mengurangi pengiriman.

Lebih lanjut, sentimen yang membebani pasar saham adalah, China memerintahkan perusahaan-perusahaan milik negara untuk menghentikan pembelian kedelai dan daging babi AS, sebagai balasan atas langkah Presiden AS Donald Trump yang mengumumkan bahwa ia akan mengakhiri perlakuan khusus untuk Hong Kong setelah langkah China memperketat langkah-langkah keamanan di wilayah tersebut.

Baca Juga: Reli Wall Street bisa berhenti gara-gara isu Hong Kong hingga George Floyd

Tetapi data ekonomi mendorong sentimen investor, dengan indeks manajer pembelian (ISM) Institute for Supply Management (PMI) menunjukkan kontraksi aktivitas pabrik melambat.

Gambaran yang lebih lengkap tentang kerusakan ekonomi yang ditimbulkan oleh lockdown akibat pandemi terkait diperkirakan pada hari Jumat, ketika laporan pekerjaan Departemen Tenaga Kerja diperkirakan menunjukkan pengangguran melonjak menjadi 19,7%.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Editor: Herlina Kartika Dewi