Wall Street Ditutup Menguat Tipis Jelang Data Inflasi AS



KONTAN.CO.ID - NEW YORK. Wall Street ditutup menguat namun masih berada jauh di bawah sesi tertingginya. Ketiga indeks utama mencatat penurunan mingguan karena investor khawatir terhadap suku bunga dan menunggu dengan cemas pembacaan inflasi Amerika Serikat (AS) yang akan datang.

Jumat (8/9), indeks Dow Jones Industrial Average ditutup naik 75,86 poin atau 0,22% menjadi 34.576,59, indeks S&P 500 menguat 6,35 poin atau 0,14% ke 4.457,49 dan indeks Nasdaq Composite menguat 12,69 poin atau 0,09% ke 13.761,53.

Untuk minggu ini, yang dipersingkat karena libur Hari Buruh pada hari Senin (4/9), indeks S&P 500 turun 1,3%, sedangkan indeks Nasdaq melemah 1,9% dengan keduanya menghentikan kenaikan dua minggunya. Sedangkan indeks Dow turun 0,8% di pekan ini.


Investor khawatir terhadap kenaikan harga minyak dan khawatir menjelang rilis Indeks Harga Konsumen (CPI) untuk bulan Agustus, yang akan keluar pada 13 September. Pasar mencari sinyal mengenai kemungkinan pergerakan suku bunga Federal Reserve.

Baca Juga: Wall Street Menguat Jelang Akhir Pekan, Saham Teknologi Memimpin

Sementara para pedagang bertaruh pada kemungkinan 93% bahwa The Fed akan mempertahankan suku bunga pada tingkat saat ini setelah pertemuan berikutnya berakhir pada 20 September. Mereka juga memperkirakan peluang sebesar 53,5% untuk jeda lagi pada pertemuan bulan November, menurut FedWatch dari grup CME.

Imbal hasil obligasi pemerintah AS bertenor 10 tahun turun, dan kenaikan imbal hasil US Treasury untuk tenor 2 tahun pada hari Jumat tampaknya memberikan tekanan pada saham. David Lefkowitz, kepala Ekuitas AS di UBS Global Wealth Management mengatakan, investor semakin khawatir terhadap kenaikan suku bunga sejak awal Agustus.

"Kondisinya telah berubah dalam beberapa pekan terakhir karena kenaikan suku bunga. Masyarakat mempertanyakan apakah ini merupakan risiko terhadap pertumbuhan ekonomi. Apakah suku bunga yang lebih tinggi akan menyebabkan perlambatan sehubungan dengan berkurangnya kelebihan tabungan konsumen," kata Lefkowitz, yang juga menyebutkan kekhawatiran tentang tingginya valuasi ekuitas.

Pada sesi ini, saham Apple berhasil naik 0,3%, meskipun penutupannya di US$ 178,18 atau berada sekitar US$2 di bawah sesi tertingginya karena reli kehilangan tenaga.

Saham produsen iPhone ini turun tajam dalam dua sesi sebelumnya, menekan sektor teknologi yang lebih luas di tengah berita bahwa Beijing telah melarang pegawai pemerintah pusat menggunakan iPhone di tempat kerja.

Setelah turun 2,9% dalam dua sesi sebelumnya, sektor teknologi pada indeks S&P 500 ditutup menguat. Di mana, sektor energi naik 0,97%, mencatatkan persentase kenaikan terbesar di antara 11 sektor industri dalam indeks S&P 500 karena kenaikan harga minyak.

Sektor utilitas defensif juga mengalami kenaikan harian sebesar 0,96%. Sedangkan penurunan terbesar dicetak sektor real estat yang turun 0,63%.

Baca Juga: Microsoft Menduga China Gunakan AI di Media Sosial untuk Pengaruhi Pemilih AS

Seiring dengan kenaikan harga minyak mentah berjangka selama tiga bulan berturut-turut dan awal yang positif di bulan September, data ekonomi minggu ini juga memicu kekhawatiran inflasi. Data aktivitas jasa lebih kuat dari perkiraan dan klaim pengangguran mingguan turun.

“Ekspektasi saya adalah angka CPI bisa lebih tinggi dari perkiraan (dengan) harga minyak yang terdorong lebih tinggi,” kata Phil Blancato, CEO Ladenburg Thalmann Asset Management.

“Kita mempunyai masalah yang pada akhirnya akan membuat The Fed terpojok, dan meskipun mereka mungkin akan mengambil jeda karena efek kelambanan, saya rasa hal tersebut belum selesai.”

Komentar beragam dari pejabat Fed telah memicu ketidakpastian. Presiden Fed New York John Williams tetap membuka pilihannya minggu ini, sementara Presiden Fed Dallas Lorie Logan mengatakan bahwa meskipun "mungkin tepat" untuk mempertahankan suku bunga stabil pada pertemuan berikutnya, pengetatan lebih lanjut mungkin diperlukan.

Di saham individu, Kroger ditutup naik 3% setelah pengecer mengalahkan perkiraan laba yang disesuaikan setiap kuartal.

Saham Gilead Sciences juga naik 2,8% setelah BofA Securities meningkatkan peringkat produsen obat tersebut menjadi "beli" dari "netral".

Di sisi lain, saham GameStop berakhir turun 6% setelah ada laporan bahwa Komisi Sekuritas dan Bursa AS sedang menyelidiki ketua pengecer videogame tersebut, Ryan Cohen.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Editor: Anna Suci Perwitasari