KONTAN.CO.ID - Wall Street, yang dipimpin oleh indeks S&P 500 dan Nasdaq, ditutup lebih tinggi pada Selasa (26/11), didorong oleh
rebound pada saham teknologi. Sementara investor menganalisis ancaman tarif yang disampaikan Presiden Terpilih Donald Trump terhadap mitra dagang utama serta risalah terbaru dari The Fed. Indeks Dow Jones Industrial Average naik 123,74 poin (0,28%) ke 44.860,31. Indeks S&P 500 menguat 34,26 poin (0,57%) ke 6.021,63, dan Nasdaq Composite naik 119,46 poin (0,63%) ke 19.174,30.
Baca Juga: Reli Wall Street Mereda pada Selasa (26/11), Pasar Menunggu Data Inflasi Tengah Pekan Kenaikan saham megacap seperti Microsoft dan Apple membantu sektor teknologi serta Nasdaq yang berbasis teknologi. Saham Microsoft menguat lebih dari 2%. Saham Wells Fargo naik 0,6% setelah laporan Reuters mengindikasikan bahwa bank tersebut hampir lolos dari uji regulasi untuk mencabut batas aset $1,95 triliun tahun depan. Namun, saham Dow sedikit terbebani oleh penurunan Amgen sebesar 4,8% setelah obat eksperimental untuk obesitas yang dikembangkannya gagal memenuhi ekspektasi. Sebelumnya S&P 500 mencatat rekor tertinggi pada Senin (25/11) dan mencatat penguatan dalam enam sesi berturut-turut. Namun, indeks Russell 2000, yang juga sempat mencapai rekor tertinggi, turun 0,7% pada perdagangan Selasa. Saham Eli Lilly melonjak 4,6% setelah Presiden AS Joe Biden mengusulkan perluasan cakupan Medicare dan Medicaid untuk obat-obatan anti-obesitas.
Baca Juga: Dipicu Kebijakan Donald Trump, Dolar AS Taklukkan Sejumlah Mata Uang Utama Asal tahu, Futures suku bunga jangka pendek AS mengurangi kerugian sebelumnya setelah risalah The Fed menunjukkan adanya perbedaan pendapat di antara para pejabat tentang seberapa jauh mereka perlu menurunkan suku bunga. Risalah rapat 6-7 November juga mengungkapkan bahwa para pejabat sepakat untuk menghindari memberikan panduan konkret mengenai arah kebijakan moneter AS dalam waktu dekat. "Risalah ini tidak mengubah pandangan saya bahwa suku bunga akan kembali diturunkan minggu depan dan kemungkinan berlanjut sepanjang tahun kalender mendatang," kata Jamie Cox, mitra pengelola Harris Financial Group. Namun, beberapa analis mengambil sikap lebih hati-hati. Paul Ashworth, Kepala Ekonom Amerika Utara di Capital Economics, menyatakan masih memperkirakan penurunan suku bunga sebesar 25 basis poin, tetapi menekankan bahwa keputusan tersebut sangat bergantung pada data, terutama data ketenagakerjaan dan inflasi bulan November.
Baca Juga: Biografi Warren Buffett, Investor dan Pebisnis Ulung dari Omaha Di sisi lain, Trump mengancam akan memberlakukan tarif 25% pada impor dari Kanada dan Meksiko jika kedua negara tersebut melanggar kesepakatan perdagangan bebas yang telah ia negosiasikan. Ia juga mengusulkan tarif tambahan sebesar 10% untuk impor dari China, yang berpotensi meningkatkan risiko perang dagang. Berita ini berdampak pada saham sektor otomotif. Ford dan General Motors (GM), yang memiliki rantai pasokan terintegrasi antara AS, Kanada, dan Meksiko, mengalami penurunan. Saham GM anjlok hampir 9%.
"Kekhawatirannya adalah beberapa produk akan menjadi lebih mahal, yang dapat mengurangi pendapatan perusahaan yang memproduksi barang-barang tersebut di luar negeri," ujar Robert Pavlik, manajer portofolio senior di Dakota Wealth.
Cek Berita dan Artikel yang lain di
Google News Editor: Yudho Winarto