Wall Street jatuh karena ancaman Trump terhadap perusahaan telekomunikasi China



KONTAN.CO.ID - NEW YORK, AS. Saham AS jatuh pada hari Rabu (2 Mei 2018) karena potensi pembatasan AS terhadap perusahaan telekomunikasi China memperkuat kekhawatiran investor tentang memburuknya hubungan dagang antara Amerika Serikat dan China.

Indeks utama Wall Street telah sedikit bergerak lebih tinggi setelah Federal Reserve mempertahankan suku bunga dalam pengumuman kebijakan moneter semalam waktu timur AS, tetapi kemudian letoi sampai sesi perdagangan usai.

Saham merosot lebih jauh ketika tersiar kabar bahwa Presiden AS Donald Trump sedang mempertimbangkan sebuah perintah eksekutif yang membatasi perusahaan-perusahaan China tertentu menjual peralatan telekomunikasi di Amerika Serikat.


Dow Jones Industrial Average turun 174,07 poin (-0,72%) menjadi 23.924,98. Indeks S&P 500 turun 19,13 poin (-0,72%) menjadi 2.635,67. Adapun Nasdaq Composite turun 29,81 poin (0,42%) menjadi 7.100,90.

Hubungan perdagangan antara Amerika Serikat dan Cina telah tegang karena Trump telah memberlakukan tarif hingga US$ 150 miliar impor Cina. Delegasi administrasi Trump dijadwalkan mengunjungi Beijing pada Kamis dan Jumat untuk melakukan pembicaraan dengan para pejabat tinggi Cina.

Memburuknya hubungan perdagangan AS-Cina telah menjadi momok yang membebani Wall Street selama beberapa minggu terakhir.

"Sulit untuk melihat investor bersedia mengambil risiko yang meningkat menjelang diskusi perdagangan dan perundingan yang akan datang," kata Matthew Miskin, ahli strategi pasar di John Hancock Investments di Boston.

Keputusan bulat Komite Pasar Terbuka Federal (FOMC) bank sentral AS untuk mempertahankan suku bunga pinjaman dalam kisaran target antara 1,50% dan 1,75% sempat memberikan harapan kepada investor.

The Fed menyatakan pandangan ekonomi yang percaya diri, mengatakan kegiatan telah berkembang pada tingkat sedang dan bahwa inflasi mendekati target 2%. Diperkirakan FOMC akan meningkatkan suku bunga pada bulan Juni.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Editor: Hasbi Maulana