Wall Street Jatuh untuk Hari Ketiga Rabu (21/6), Powell Teguh Membawa Inflasi ke 2%



KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Indeks utama Wall Street jatuh pada hari Rabu (21/6). Ketua Federal Reserve Jerome Powell tetap teguh dalam membawa inflasi kembali ke target 2%, memicu kekhawatiran pengetatan moneter lebih lanjut.

Melansir Reuters, pukul 09:46 waktu setempat, Dow Jones Industrial Average turun 104,69 poin atau 0,31% ke 33.949,18, S&P 500 turun 16,92 poin atau 0,39% ke 4.371,79, dan Nasdaq Composite turun 78,78 poin, atau 0,58 %, pada 13.588,52.

Baca Juga: Wall Street Dibuka Turun Setelah Komentar Terbaru Powell Soal Inflasi, Rabu (21/6)


"Tekanan inflasi terus berjalan tinggi, dan proses menurunkan inflasi menjadi 2% masih panjang," kata Powell dalam sambutannya menjelang kesaksiannya di hadapan Komite Jasa Keuangan DPR.

Pasar uang masih mengharapkan hanya satu kenaikan suku bunga sebesar 25 basis poin pada bulan Juli oleh bank sentral AS untuk sisa tahun ini, menurut alat Fedwatch CMEGroup.

Perusahaan Megacap berjuang untuk naik karena imbal hasil nota perbendaharaan 2 tahun, yang bergerak sejalan dengan ekspektasi suku bunga, naik sedikit setelah komentar Powell.

Semua subsektor S&P 500 turun, dengan sektor real estat yang sensitif terhadap suku bunga memimpin penurunan, dengan penurunan 0,8%.

"Kita mungkin tidak akan melihat inflasi 2% selama empat tahun kecuali The Fed terlalu agresif dan menarik Volcker, dan itu tidak ada dalam kartu," kata Peter Cardillo, kepala ekonom di Spartan Capital Securities.

Pada sesi sebelumnya, indeks utama Wall Street turun karena investor membukukan keuntungan setelah reli pasar yang berkelanjutan di tengah tanda-tanda melemahnya permintaan global. Namun, benchmark S&P 500 telah naik sekitar 14% sepanjang tahun ini.

Baca Juga: Fed's Powell, in Testimony, Says Inflation Fight has "Long Way to Go"

Jika resesi AS menjadi lebih mungkin terjadi, Goldman Sachs mengatakan, investor harus mempertahankan eksposur terbalik terhadap ekuitas dengan menggunakan opsi untuk melindungi potensi penurunan 23% dalam indeks S&P 500.

Peluang resesi sebesar 25% dan dalam kasus dasar itu, diperkirakan S&P 500 naik menjadi 4.500 - sekitar 2,5% lebih tinggi dari level saat ini.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Editor: Yudho Winarto